Menelusuri Jejak Sejarah Lampung Di Museum Ruwa Jurai

Lahir dan dibesarkan di Kota Bandar Lampung yang merupakan ibukota Provinsi Lampung, ternyata saya luput dengan destinasi wisata sejarah yang jaraknya hanya beberapa kilometer dari rumah saya, yaitu Museum Negeri Provinsi Lampung "Ruwa Jurai." Baru awal tahun 2025 lalu, saya dan anak-anak berkesempatan mengunjungi museum yang menyimpan begitu banyak jejak sejarah masa lalu daerah Lampung. Itu pun karena Aisha, putri bungsu saya mendapat tugas dari sekolah, yaitu membuat karya tulis tentang bangunan bersejarah di Indonesia. Akhirnya saya tahu, ternyata Museum Lampung memiliki koleksi benda bersejarah yang cukup banyak.

Museum Lampung Ruwa Jurai di Bandar Lampung

Sebenarnya, hampir di semua daerah di Indonesia memiliki museum yang menyimpan cerita panjang perjalanan sejarah daerah tersebut beserta benda-benda peninggalan bersejarahnya. Begitu juga Provinsi Lampung, yang memiliki museum dengan nama Museum Negeri Provinsi Lampung "Ruwa Jurai." Museum ini letaknya sangat strategis, yaitu di Jalan Zainal Abidin Pagaralam No. 64, Rajabasa, Bandar Lampung, yang merupakan salah satu jalan utama di Kota Bandar Lampung. Letaknya hanya beberapa ratus meter dari gerbang Universitas Lampung, (UNILA) yang merupakan salah satu perguruan tinggi negeri di Lampung, dan kebetulan juga adalah almamater saya...hehehe.

Setelah tiba di halaman museum, saya jadi bertanya-tanya kapan ya museum ini didirikan karena sepanjang ingatan saya museum ini sudah cukup lama berdiri. Setelah mencari referensi, akhirnya saya tahu kalau Museum Lampung Ruwa Jurai ini sebenarnya sudah mulai dibangun sejak tahun 1975 dan peletakan batu pertama dilakukan pada tahun 1978. Dibangun dalam waktu cukup lama, akhirnya pada tanggal 24 September 1988 diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Fuad Hasan, yang bertepatan dengan peringatan Hari Aksara Internasional yang ketika itu dipusatkan di PKOR Way Halim.

Nama "Ruwa Jurai" yang disematkan pada Museum Lampung ini diambil dari semboyan atau moto Provinsi Lampung, yaitu Sang Bumi Ruwa Jurai, yang memiliki arti atau makna Satu Bumi Dua Jiwa. Dua jiwa yang dimaksud disini adalah dua masyarakat adat Lampung yang memiliki sejarah panjang dalam perjalanan masyarakat Lampung, yaitu Jurai Adat Pepadun dan Jurai Adat Saibatin/Pesisir. Dua masyarakat adat Lampung ini memiliki banyak sekali ciri-ciri yang bisa dilihat dalam pakaian adat, tradisi atau kebiasaan, dan lainnya. Semua informasi ini bisa dilihat melalui koleksi benda bersejarah di Museum Lampung.

Menelusuri Jejak Sejarah Lampung Di Museum Ruwa Jurai

Untuk masuk ke ruangan dalam museum hanya membayar Rp 5.000,- per orang ya, dan dengan biaya masuk yang sangat terjangkau ini ada banyak koleksi benda bersejarah yang bisa dilihat pengunjung. Sampai dengan saat ini, jumlah koleksi di Museum Lampung Ruwa Jurai tercatat sebanyak 4782 koleksi yang terbagi dalam 10 kategori, yaitu geologika, biologika, etnografika, arkeologika, historika, numismatika dan heraldika, filologika, keramatologika, seni rupa, dan teknologika. Tersimpan juga koleksi keramik yang berasal dari China, Eropa, Jepang, Timur Tengah, dan masih banyak lagi. Bahkan, di museum ini juga bisa dijumpai naskah kuno, senjata, perhiasan, pakaian adat, serta alat musik tradisional.

Rumah Adat Masyarakat Lampung Lamban Pesagi

Menariknya, sampai dengan saat ini Museum Lampung Ruwa Jurai menyimpan 5 koleksi benda yang sangat bersejarah, yaitu:

  1. Rumah Adat Lampung "Lamban Pesagi" yang berada dihalaman Museum Lampung dan merupakan rumah asli yang berusia ratusan tahun. Rumah adat ini dipindahkan dari daerah asalnya, yaitu Desa Kenali, Kecamatan Belalau, daerah Gunung Pesagi, Kabupaten Lampung Barat. Bentuk bangunan rumah ini menjadi ciri kalau arsitektur di masa itu sudah sangat maju.
  2. Kain Tapis Jung Sarat, yang merupakan kain tradisional khas masyarakat adat suku Lampung Pepadun. Kain Tapis ini biasanya dipakai saat upacara adat, dan yang tersimpan di Museum Lampung terbuat dari benang katun dan benang emas.
  3. Kain Inuh, merupakan salah satu koleksi yang ada di Museum Lampung dan merupakan kain tapis yang berkembang di kalangan masyarakat Adat Lampung Sai Batin di Pesisir Lampung. Kain Inuh di buat dari benang sutera yang pewarnaannya menggunakan teknik celup tradisional.
  4. Bejana, yang berfungsi menyimpan air suci ketika diselenggarakan acara keagamaan. Benda yang tersimpan di Museum Lampung ini merupakan salah satu peralatan pada kebudayaan zaman perunggu. Bejana yang usianya diperkirakan ratusan tahun ini ditemukan di Desa Sriminosari, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur.
  5. Nekara atau Gendang Perunggu. Pada masanya, Nekara dianggap sebagai benda suci yang biasa digunakan dalam upacara pemanggil hujan.
Selain koleksi benda yang usianya sudah ratusan tahun tersebut, Museum Lampung Ruwa Jurai memiliki banyak koleksi benda bersejarah lainnya, yang beruntung masih bisa dinikmati pengunjung termasuk saya dan anak-anak. Ruangan Museum Lampung terdiri dari 2 lantai, dimana lantai pertama terdapat beragam koleksi yang didominasi benda-benda bersejarah peninggalan zaman prasejarah, Hindu - Budha, Islam, Kolonial, hingga pasca kemerdekaan RI. Adapun benda-benda tersebut terdiri dari, arca, prasasti, mata uang kuno, persenjataan, hingga perabotan rumah tangga. 

koleksi arca peninggalan Hindu - Budha di Museum Lampung

Sambil menyusuri lorong-lorong di lantai satu, pengunjung bisa menyaksikan arca-arca dari beragam ukuran, mulai dari yang berukuran cukup besar hingga kecil. Umumnya arca-arca tersebut merupakan peninggalan masa kejayaan Hindu - Budha di berbagai daerah di Lampung. Sementara peninggalan Islam yang bisa dilihat di Museum Lampung ini adalah prasasti Bodhalung, Al-Quran yang ditulis tangan, Stempel Marga Sabu, naskah, hingga keramik yang bertuliskan huruf Arab.

arca peninggalan Hindu-Budha di Museum Lampung

Masih di lantai satu, terdapat juga beragam senjata tradisional adat, seperti Punduk (keris), Payan Kejang (tombak panjang), taming (tameng), serta Panderang (pedang). Senjata-senjata yang tergolong tradisional tersebut umumnya dahulu digunakan Masyarakat Lampung untuk melawan kolonial. Masih dilantai satu, juga terdapat koleksi beragam tembikar dan tempat air, serta beragam jenis kerajinan keramik yang digunakan sebagai perkakas rumah tangga. Uniknya, keramik yang umumnya adalah piring dan mangkuk ini adalah buatan China, Persia, hingga Eropa, yang menandakan Masyarakat Lampung sejak dulu sudah melakukan kontak atau hubungan dagang dengan pedagang dari berbagai negara.

Lanjut ke lantai 2, ada koleksi apa ya? Menurut saya, lantai 2 Museum Lampung Ruwa Jurai banyak diisi koleksi yang mencerminkan kuatnya budaya Masyarakat Lampung, yang bahkan masih dilestarikan hingga saat ini. Deretan koleksi pakaian adat serta benda-benda peninggalan dua masyarakat adat Lampung, yaitu Pepadun dan Peminggir bisa dijumpai di lantai 2 ini. Diantara deretan koleksi adat tradisional Msayarakat Lampung yang dipamerkan di lantai 2 Museum Lampung Ruwa Jurai, ada yang menarik perhatian saya, yaitu pakaian adat perkawinan Pepadun yang cukup familiar bagi saya.

pakaian adat pengantin Lampung Pepadun

Meskipun lahir di Bandar Lampung, tapi saya menghabiskan masa sekolah hingga tamat SMA di salah satu kota di Provinsi Lampung, yaitu Kotabumi yang masuk wilayah Lampung Utara. Masyarakat Lampung yang tinggal di Kotabumi sebagian besar tergolong masyarakat adat Pepadun. Umumnya, pengantin yang memakai pakaian pengantin adat Lampung Pepadun identik dengan warna putih. Pada aksesoris kepala, mempelai wanita memakai siger yang memiliki sembilan lekukan, sedangkan pengantin laki-laki memakai kopiah emas. 

pakaian adat Lampung Pepadun

Selain itu, untuk mempelai wanita adat Pepadun mengenakan kebaya berwarna putih dan bawahan mengenakan sarung tapis yang bagian bawahnya terdapat rumbai-rumbai koin atau disebut juga rumbai ringgit. Sedangkan mempelai laki-laki mengenakan kemeja putih, celana panjang berwarna putih, dan juga mengenakan sarung tumpal dengan kain selempang jungsarat. Di lantai 2 Museum Lampung Ruwa Jurai juga terdapat koleksi yang usianya sudah ratusan tahun, yaitu Perahu Lesung.

Perahu Lesung di Museum Lampung

Koleksi Perahu Lesung adalah perahu yang berukuran panjang 7,66 m dan ditemukan di Desa Terbanggi Besar, Kecamatan Terbanggi Besar, Lampung Tengah dan sudah berusia 120 tahun. Di masa lalu, perahu ini digunakan di perairan sungai, rawa, dan teluk yang tenang. Sebagai informasi Tipe Perahu Lesung ini sama dengan Perahu Kajang, yang fungsinya sebagai alat transportasi air zaman dahulu, atau untuk mengangkut barang-barang, serta juga dipakai sebagai perahu untuk mencari ikan. 

Aksara Lampung

Oh iya sampai lupa menceritakan kalau di lantai 1 Museum Lampung juga terdapat plakat yang berisi informasi tentang Aksara Lampung. Lampung merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki aksara khusus di masa lalu. Aksara Lampung merupakan sistem tulisan Kuno Suku Lampung sebagai salah satu kelompok etnis di Indonesia yang mendiami wilayah Provinsi Lampung. Aksara Lampung dikenal juga dengan sebutan Surat Lampung, Surat Ulu, Aksara Lampung, atau Aksara Ulu. Sistem tulisan ini berbasis aksara abugida dengan huruf konsonan dan vokal digabungkan untuk membentuk suku kata. Aksara ini memiliki bentuk yang bulat dengan garis-garis melengkung dan kompleksitas yang bervariasi.

koleksi benda bersejarah di Museum Lampung

koleksi benda bersejarah di Museum Lampung

Sebenarnya ada banyak koleksi lain di Museum Lampung Ruwa Jurai yang bisa dijelajahi, tapi berhubung waktu terbatas karena anak-anak sudah lapar, akhirnya waktu kunjungan pun dipersingkat. Meskipun secara umum cukup puas dengan koleksi yang tersimpan di museum ini, tapi suasana yang remang-remang alias minim penerangan membuat foto serta video yang direkam kurang bagus kualitasnya. Tapi secara umum, sudah cukup banyak kok koleksinya dan baru tahu kalau tersimpan perahu yang usianya sudah ratusan tahun. Penasaran? Yuk berkunjung ke Museum Lampung Ruwa Jurai, salah satu destinasi wisata edukasi di Bandar Lampung.

Mutia Erlisa Karamoy
Mutia Erlisa Karamoy Mom of 3 | Lifestyle Blogger | Web Content Writer | Digital Technology Enthusiast | Another Blog seputarbunda.com | Contact: elisakaramoy30@gmail.com

Posting Komentar untuk "Menelusuri Jejak Sejarah Lampung Di Museum Ruwa Jurai"