Dari Daun Ke Kain: Mitigasi Iklim Dengan Ecoprint

mitigasi iklim dengan ecoprint Desa Keban Agung Muara Enim

Pernahkah terpukau oleh keindahan pola alami pada sehelai kain batik? Sore itu, ibu-ibu di Desa Keban Agung, Kabupaten Muara Enim terlihat bangga memamerkan hasil karyanya, yaitu selembar kain batik yang motifnya dibuat dengan teknik ecoprint. Meskipun masih menjadi aktivitas sampingan disela-sela mengurus rumah tangga, tapi hasil karya ibu-ibu di lingkungan desa yang terkenal sebagai salah satu kampung iklim di Sumatera Selatan ini, tidak boleh dianggap sepele lho, karena sudah memiliki unit usaha sendiri, yaitu Usaha Bukit Daun Ecoprint.

Dibalik keindahannya, terdapat sebuah proses kreatif yang tidak hanya menghasilkan karya seni yang unik, tetapi juga berkontribusi pada pelestarian lingkungan. Ya, kita berbicara tentang batik ecoprint, sebuah teknik pewarnaan alami yang memanfaatkan aneka ragam tumbuhan sebagai media cetak pada sehelai kain. Pernahkah terpikir mengapa batik ecoprint menjadi pilihan aktivitas ibu-ibu di Desa Keban Agung? Ternyata ini berhubungan dengan komitmen masyarakat Desa Keban Agung untuk menjaga kampungnya agar terhindar dari dampak buruk perubahan iklim.

Dari Daun Ke Kain: Mitigasi Iklim Dengan Ecoprint

Kira-kira, apa sih hubungan mitigasi iklim dengan ecoprint? Bagi yang belum mengetahuinya, batik ecoprint adalah teknik pewarnaan kain dengan cara mencetak langsung motif alami dari tumbuhan, seperti daun, bunga, akar, maupun kulit kayu. Jadi dengan kata lain, ecoprint merupakan teknik pewarnaan kain yang berasal dari bahan-bahan organik, diambil langsung dari alam. Prosesnya cukup sederhana namun sarat makna. 

Bahan alami seperti daun atau bunga ditempelkan pada kain yang sebelumnya sudah dibasahi. Kain tersebut kemudian direbus atau diuapkan untuk mentransfer warna dan pola dari daun atau bunga ke kain. Hasil akhirnya adalah pola yang unik dan tidak bisa direflikasi, membuat sehelai kain batik ecoprint yang dihasilkan menjadi karya seni yang istimewa. Selain istimewa, sehelai kain batik ecoprint juga dikenal sangat ramah lingkungan, tidak heran jika ibu-ibu di Desa Keban Agung sangat antusias belajar teknik ecoprint untuk menghasilkan kain batik dengan warna dan motif yang lebih menarik. Lantas, mengapa batik ecoprint ramah lingkungan?

  • Penggunaan Bahan Alami: Batik ecoprint tidak menggunakan zat warna sintetis yang berpotensi mencemari lingkungan. Semua bahan yang digunakan berasal dari alam dan dapat terurai secara alami.
  • Minim Limbah: Proses pembuatan batik ecoprint menghasilkan limbah yang sangat sedikit, bahkan seringkali limbah organik dari tumbuhan dapat dimanfaatkan sebagai kompos.
  • Mendukung Keanekaragaman Hayati: Dengan memanfaatkan berbagai jenis tumbuhan, batik ecoprint turut melestarikan keanekaragaman hayati.
  • Mengurangi Emisi Karbon: Proses produksi batik ecoprint yang sederhana dan tidak memerlukan energi besar berkontribusi dalam mengurangi emisi karbon.
Ramah lingkungan? Tentu saja, namun bagi ibu-ibu di Desa Keban Agung memilih usaha membuat batik ecoprint bukan hanya tentang menciptakan kain dengan pola indah, yang berpeluang mudah dipasarkan, tetapi juga tentang bagaimana masyarakat Desa Keban Agung bisa menggunakan alam sebagai inspirasi untuk memitigasi dampak perubahan iklim. 
Dengan faktor ramah lingkungan yang melekat kuat, pembuatan batik ecoprint ternyata berkontribusi cukup signifikan dalam mitigasi perubahan iklim, dengan cara:

Mengurangi Jejak Karbon

Industri tekstil konvensional dikenal sebagai salah satu penyumbang emisi karbon terbesar di dunia. Proses produksi tekstil dari pewarnaan hingga pengolahan kain memerlukan energi dalam jumlah besar. Dengan memanfaatkan bahan alami dan metode ecoprint yang lebih sederhana, jejak karbon dalam proses produksi kain dapat dikurangi secara signifikan. Ecoprint biasanya dilakukan dalam skala kecil dengan metode tradisional, sehingga tidak memerlukan energi tinggi seperti dalam proses industri besar.

Mendukung Ekonomi Sirkular

Ecoprint mendorong penerapan ekonomi sirkular dalam produksi tekstil. Alih-alih membuang limbah organik, metode ini memanfaatkannya kembali sebagai bahan pewarna alami. Selain itu, kain yang dihasilkan dengan ecoprint umumnya memiliki nilai tambah yang lebih tinggi karena keunikannya, sehingga dapat meningkatkan ekonomi lokal, terutama di daerah-daerah yang kaya akan keanekaragaman hayati, seperti di Desa Keban Agung.

Mengurangi Polusi Air

Pewarna tekstil sintetis sering mencemari air dengan zat kimia beracun. Limbah pewarna ini sulit untuk diolah dan sering kali mencemari sungai dan danau di sekitar kawasan industri. Dalam ecoprint, karena tidak ada penggunaan pewarna kimia, proses pewarnaan ini minim atau bahkan tidak menghasilkan limbah cair berbahaya. Air yang digunakan dalam proses pewarnaan pun dapat diolah dan digunakan kembali tanpa membahayakan lingkungan.

Usaha Bukit Daun Ecoprint Desa Keban Agung

Di tengah krisis iklim global, metode seperti ecoprint memberikan harapan akan masa depan yang lebih berkelanjutan dan harmonis dengan alam. Ya...hidup harmonis dengan alam menjadi harapan seluruh masyarakat di Desa Keban Agung, yang akhirnya berhasil diwujudkan melalui Program Kampung Iklim. 

Komitmen dan kerja keras masyarakat Desa Keban Agung untuk menjadikan desanya sebagai salah satu kampung iklim di Sumatera Selatan, mengantarkan desa yang terletak di Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim ini meraih penghargaan Program Kampung Iklim dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) tahun 2018 lalu.

Kembangkan Bukit Daun Ecoprint, Berikut Aksi Mitigasi Perubahan Iklim Berkelanjutan Desa Keban Agung, Muara Enim

Kabupaten Muara Enim merupakan salah satu daerah di Provinsi Sumatera Selatan. Secara geografis terletak pada posisi antara 4° - 6° Lintang Selatan dan 104° - 106° Bujur Timur. Kabupaten Muara Enim memiliki wilayah yang cukup luas dan sumber daya alam yang melimpah dimana sebagian besar wilayahnya merupakan daerah aliran sungai. Luas wilayah Kabupaten Muara Enim sekitar 7.383,9 kilometer persegi, terletak di tengah-tengah wilayah Provinsi Sumatera Selatan. Adapun Desa Keban Agung masuk dalam wilayah Kecamatan Lawang Kidul, terdiri dari 5 dusun dan 29 RT.

Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan

Sadar akan perubahan iklim yang perlahan mulai dialami Desa Keban Agung, dan desa-desa disekitarnya, masyarakat secara bergotong royong terus berupaya menjaga lingkungan agar tetap hijau dan konsisten melakukan gerakan penghijauan. Berbagai tantangan datang silih berganti, hingga akhirnya komitmen dan konsistensi masyarakat yang secara bersama sadar akan pentingnya melakukan aksi mitigas perubahan iklim sedini mungkin, berbuah manis dengan penghargaan yang didapatkan dan predikat baru sebagai salah satu desa "Proklim Bukit Agung."

Tidak hanya mempelajari dan mengembangkan usaha batik ecoprint, masyarakat di lingkungan Desa Keban Agung juga melakukan banyak aktivitas hijau lainnya untuk mitigasi perubahan iklim sekaligus meningkatkan kualitas hidup masyarakat di desa Proklim ini. Masyarakat diajak untuk memperkuat pilar pendidikan, kewirausahaan, lingkungan, dan kesehatan, agar aksi mitigasi perubahan iklim bisa dilakukan lebih maksimal. Seperti apa? Berikut penjelasan yang disampaikan Bapak Suterisno, Tokoh Proklim Bukit Agung, Desa Keban Agung, yang merupakan binaan dari PT Pamapersada Nusantara.

Membekali Generasi Muda Dengan Literasi Iklim

Literasi iklim adalah kemampuan untuk memahami perubahan iklim, penyebabnya, dampaknya, dan solusi yang dapat dilakukan. Seseorang dapat dikatakan memiliki literasi iklim yang baik mampu memahami konsep dasar perubahan iklim, menganalisis informasi terkait iklim, menghubungkan perubahan iklim dengan kehidupan sehati-hari, mengembangkan solusi, dan mengambil tindakan nyata untuk mengatasi perubahan iklim. Literasi iklim sangat penting terutama bagi generasi muda, karena proses belajar tentang perubahan iklim dapat menumbuhkan rasa peduli, empati, dan tanggung jawab sosial. 

Para tokoh Proklim Bukit Agung di Desa Keban Agung pun menyadari pentingnya literasi iklim dimiliki oleh para generasi muda di lingkungan desanya, mulai dari anak-anak hingga remaja. Hal inilah yang kemudian mendorong peluncuran Program Peningkatan Literasi Baca Tulis dengan mendirikan "Perpustakaan cakrawala." Di perpustakaan ini, anak-anak bisa belajar membaca dan menulis, sekaligus menambah pengetahuan baru melalui beragam koleksi buku yang disediakan, termasuk buku-buku yang berisi informasi seputar iklim dan dampak perubahan iklim.

Perpustakaan Cakrawala Desa Keban Agung

Secara rutin dan konsisten, koleksi buku terus ditambah sehingga anak-anak bisa belajar banyak pengetahuan baru dari buku, termasuk tentang perubahan iklim yang kini makin menunjukkan dampak buruk di kehidupan manusia. Selain aktivitas rutin membaca buku bersama, di perpustakaan ini anak-anak juga diajak mengenal perangkat teknologi, seperti komputer atau laptop. Perangkat teknologi ini membantu anak-anak untuk belajar lebih banyak ilmu pengetahuan baru, bahkan bisa melihat langsung, baik melalui video atau gambar bagaimana buruknya dampak perubahan iklim jika tidak segera dimitigasi.

Selain anak-anak, fasilitas Perpustakaan Cakrawala ini juga dimanfaatkan oleh para orang tua di lingkungan Desa Keban Agung. Tidak hanya sekadar membaca koleksi buku, para orang tua juga memanfaatkan fasilitas laptop untuk mencari informasi terbaru tentang kegiatan yang dilakukan, salah satu mencoba memasarkan bisnis kain batik ecoprint melalui media sosial. Selain memasarkan bisnis batik ecoprint yang dikelola bersama, tentu saja para ibu juga belajar teknik ecoprint baru untuk menyempurnakan yang sudah ada. Ternyata batik ecoprint bisa menjadi media meningkatkan literasi iklim lho!

penghargaan perpustakaan Desa Keban Agung

Donasi buku-buku dengan berbagai tema dan jenis: mulai dari buku cerita anak, buku yang tergolong ensiklopedia, hingga buku referensi keterampilan untuk ibu rumah tangga, juga diterima secara rutin dari berbagai pihak. Tidak heran jika tahun demi tahun, sejak didirikan, koleksi buku dan fasilitas di Perpustakaan Cakrawala terus bertambah serta semakin lengkap. Atas keberhasilan ini, Desa Keban Agung mendapat penghargaan sebagai Juara Harapan 3 Lomba Perpustakaan Desa Terbaik Tingkat Kabupaten Muara Enim, tahun 2023.

Udara Bersih, Tubuh Sehat: Mitigasi Iklim Untuk Kesehatan Optimal

Selama bertahun-tahun, Desa Keban Agung juga dikenal sebagai kampung KB. Penyematan kampung KB ini tidak terlepas dari keberhasilan menjalankan program KB atau Keluarga Berencana, yang membuat kualitas kesehatan ibu dan anak-anak juga semakin baik. Tidak hanya meningkatkan kualitas hidup ibu dan anak melalui program KB. Desa Keban Agung juga aktif menjalankan kegiatan posyandu untuk meningkatkan kesehatan anak-anak. Bahkan, kegiatan posyandu ini berhasil menorehkan prestasi ketika mewakili Kabupaten Muara Enim di Lomba Posyandu Balita Berprestasi dan Lomba Posyandu Lansia Berprestasi.

Wah...ternyata selain posyandu balita, di Desa Keban Agung juga terdapat posyandu lansia, yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup para lansia. Tidak heran jika para lanjut usia di desa ini masih sehat dan rutin melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan dari orang lain. Bahkan, Bapak Suterisno menceritakan, masih ada beberapa lansia yang rutin bertani dan bercocok tanam di ladang. Selain rutin datang ke posyandu, setiap minggu pagi rutin diselenggarakan senam jantung sehat, agar lebih peduli terhadap kesehatan jantungnya.

Senam Jantung Sehat untuk Lansia Desa Keban Agung

Para lanjut usia ini juga rutin membantu memilah daun atau bunda dengan warna serta bentuk yang menarik untuk dijadikan bahan baku pembuatan batik ecoprint lho. Sejak masyarakat bersama berkomitmen menjalankan Program Kampung Iklim, memilah sampah sudah menjadi aktivitas sehari-hari, sehingga tidak ada lagi kegiatan membakar sampah yang menjadi sumber polusi udara. Udara bersih, tubuh sehat merupakan mitigasi iklim untuk kesehatan optimal.

Tindakan Kecil, Dampak Besar: Cara Mudah Mitigasi Perubahan Iklim

Hampir semua rumah di Desa Keban Agung memiliki tanaman hias, baik di teras rumah maupun di halaman. Setelah ditelusuri, ternyata menanam tanaman hias merupakan hobi masyarakat sejak lama. Untuk menempatkan aneka jenis tanaman hias tersebut, masyarakat biasanya memanfaatkan ban bekas untuk dijadikan pot tanaman. Perilaku ini tentu sudah sesuai dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle).

Selain hobi menanam tanaman hias, ibu-ibu di lingkungan Desa Keban Agung juga mengembangkan budidaya tanaman sayur secara Hidroponik, untuk mengoptimalkan fungsi pekarangan rumah. Awalnya panen sayuran yang ditanam secara Hidroponik ini hanya untuk konsumsi sehari-hari, tapi setelah dikembangkan lebih optimal hasil panen sayuran bisa memberikan manfaat ekonomis bagi warga. Pupuk yang digunakan pun ramah lingkungan, karena warga memanfaatkan sampah organik dari daun-daun kering yang diolah menjadi Pupuk Organik Cair (POC).

Keberhasilan memanfaatkan sampah organik dari daun-daun kering untuk dijadikan pupuk dan bahan baku pembuatan batik ecoprint, warga Desa Keban Agung terutama yang tergabung dalam Proklim Bukit Agung juga mengelola sampah organik rumah tangga yang disebut, Biodigester. Biodigester dikembangkan untuk digunakan sebagai energi alternatif pengganti BBM dan gas. Meskipun masih terbatas, namun terobosan ini berpotensi membantu masyarakat lebih kuat bertahan terhadap perubahan iklim yang mungkin saja berimbas pada kurangnya pasokan BBM dan gas di Desa Keban Agung, Muara Enim. Semua ini mungkin hanya tindakan kecil, namun berdampak besar sebagai aksi mitigasi perubahan iklim.

Yuk, Ramaikan Dunia Dengan Warna Alami Batik Ecoprint!

Bapak Suterisno sangat bersemangat saat bercerita tentang Usaha Bukit Daun Ecoprint, yang sudah dirintis ibu-ibu di lingkungan Desa Keban Agung beberapa tahun yang lalu. Jika awalnya hanya ada beberapa ibu yang aktif dan rajin mengikuti pelatihan teknik ecoprint, kini sudah lebih dari 20 orang yang tidak hanya aktif mengikuti pelatihan tapi juga telah menghasilkan karya. 

Selain untuk dipakai sendiri, batik ecoprint produksi Bukit Daun Ecoprint telah dipasarkan ke desa-desa di sekitar Desa Keban Agung. Ternyata, di luar dugaan batik ecoprint ini sangat diminati, karena selain lebih ramah lingkungan juga memiliki motif yang unik dan dijamin tidak ada reflikasi.

Meskipun memiliki banyak keunggulan dan peluang potensi pasar yang cukup besar, batik ecoprint juga tidak luput dari tantangan, terutama dari sisi skala produksi. Harus diakui, produksi batik ecoprint di Usaha Bukit Daun Ecoprint sangat bergantung pada waktu luang ibu-ibu di lingkungan Desa Keban Agung, atau dengan kata lain masih menjadi usaha sampingan. Kondisi ini tentu berpengaruh pada stok kain batik ecoprint yang akan dipasarkan. 

Bapak Suterisno menjelaskan, bukan tidak memikirkan kendalam ini, namun kedepannya memang harus dipikirkan cara agar stok batik ecoprint selalu tersedia sehingga penjualan bisa berjalan kontinu. Untuk benar-benar memberikan dampak siginifikan dalam mitigasi iklim, perlu ada inovasi lebih lanjut agar ecoprint dapat diterapkan secara lebih luas di industri tekstil global, setidaknya dimulai di Indonesia. Dukungan inovasi ecoprint ini bahkan telah diwujudkan di Desa Keban Agung melalui kewirausahaan yang dilakukan para ibu hingga berhasil mendirikan unit Usaha Bukit Daun Ecoprint.

Sukses Jalankan Program Kampung Iklim (Proklim), Desa Keban Agung Terpilih Sebagai Kampung Berseri Astra (KBA)

Perlahan namun pasti, Desa Keban Agung melalui Program Kampung Iklim (Proklim) Bukit Agung menguatkan komitmennya untuk melakukan aksi mitigasi perubahan iklim. Apalagi saat ini dunia sedang dihadapkan pada berbagai masalah pelik akibat perubahan iklim yang dampak buruknya sudah mulai dirasakan masyarakat diberbagai negara, termasuk Indonesia. 

Bersama masyarakat, para tokoh Proklim Bukit Agung telah konsisten menerapkan perilaku hemat energi, pengelolaan sampah baik organik maupun anorganik, peningkatan efisiensi energi, penanaman pohon dan penghijauan, pertanian berkelanjutan dengan penggunaan pupuk organik, dan masih banyak lagi. Keberhasilan Desa Keban Agung membangun kampung modern dengan keasrian alami dan iklim sejuk mengantarkan desa yang terletak di Kabupaten Muara Enim ini meraih penghargaan Program Kampung Iklim dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) di tahun 2018.

Tidak cukup sampai di situ, sukses menjalankan Program Kampung Iklim (Proklim), Desa Keban Agung sukses menorehkan prestasi kembali dengan terpilih menjadi salah satu Kampung Berseri Astra (KBA), sehingga dikenal juga sebagai Proklim KBA Keban Agung. Kampung Berseri Astra (KBA) merupakan program Kontribusi Sosial Berkelanjutan Astra yang diimplementasikan kepada masyarakat melalui konsep pengembangan yang mengintegrasikan 4 pilar program, yaitu Pendidikan, Kesehatan, Lingkungan, dan Kewirausahaan.

Melalui integrasi 4 pilar ini: KBA, masyarakat, dan perusahaan dapat berkolaborasi untuk bersama mewujudkan wilayah yang bersih, sehat, cerdas, dan produktif, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat di wilayah Kampung Berseri Astra (KBA) tersebut. Diantara banyaknya Program Kampung Iklim yang sudah dijalankan secara maksimal di KBA Keban Agung, pembuatan batik ecoprint dapat menjadi salah satu solusi kreatif dalam upaya mitigasi perubahan iklim. Mungkin ini hanyalah langkah kecil, namun dengan mendukung industri batik ecoprint artinya turut berkontribusi dalam menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan. Semoga menginspirasi!

Sumber Referensi Artikel dan Foto: Bapak Suterisno, Tokoh Proklim Bukit Agung Desa Keban Agung

Mutia Erlisa Karamoy
Mutia Erlisa Karamoy Mom of 3 | Lifestyle Blogger | Web Content Writer | Digital Technology Enthusiast | Another Blog seputarbunda.com | Contact: elisakaramoy30@gmail.com

Posting Komentar untuk "Dari Daun Ke Kain: Mitigasi Iklim Dengan Ecoprint"