Perempuan SABoNG: Merajut Asa Di Bumi Rafflesia

Perempuan, terutama setelah menjadi ibu, memiliki tanggung jawab yang besar terhadap keluarganya. Dalam perannya, perempuan harus memastikan keluarganya berada di lingkungan yang nyaman serta mengonsumsi makanan yang sehat. Sudah sewajarnya jika perempuan juga harus memiliki peran aktif dalam pelestarian lingkungan. Ini sudah dilakukan Kelompok Perempuan Produktif SABoNG dari Kampung Berseri Astra (KBA) Rawa Makmur, Bengkulu, berperan aktif menjaga kelestarian lingkungan sekaligus membangun semangat berwirausaha.

kelompok perempuan SABONG Bengkulu

Sudah pernah menjejakkan kaki di Provinsi Bengkulu? Bagi yang belum pernah, pastinya sudah pernah mengetahui atau mendengar "Bunga Rafflesia" yang ukurannya sangat besar dan kerap dijuluki bunga bangkai, karena memang bunga ini mengeluarkan bau busuk yang lumayan menyengat. Nah, di Provinsi Bengkulu inilah tempat tumbuhnya Bunga Rafflesia, sehingga Bengkulu dikenal juga sebagai "Bumi Rafflesia. 

Bengkulu sendiri merupakan salah satu provinsi yang terletak di Pulau Sumatera, memiliki luas wilayah 19.919,33 km dan terdiri dari 10 kabupaten serta 129 kecamatan. Provinsi Bengkulu mayoritas di huni oleh sejumlah suku asli, seperti Suku Serawai, Rejang Lebong, Lembak, Kaur, Basemah, dan Enggano. Ada pula suku pendatang yang berasal dari berbagai suku di Indonesia, yang jumlah makin hari makin bertambah banyak namun tetap hidup saling berdampingan.

Sudah tahu kan kalau sejumlah wilayah di Bengkulu merupakan wilayah endemik bunga langka, yang disebut Bunga Rafflesia Arnoldi, sesuai dengan nama yang menemukannya. Bagi yang pernah melihat bunga ini secara langsung pastinya sepakat kalau Bunga Rafflesia adalah salah satu keajaiban alam yang paling unik di dunia. Selain memiliki ukuran sangat besar, mencapai diameter hingga 1 meter dan berat hingga 11 kilogram saat mekar sempurna, bunga ini juga mengeluarkan bau busuk serupa bangkai yang sangat menyengat, tidak memiliki bagian tanaman pada umumnya (batang, akar, daun), serta masa mekar yang sangat singkat.

Bagi yang tertarik ingin melihat mekarnya bunga raksasa ini, bisa mengunjungi Kota Bengkulu, melalui jalur udara dan darat. Tapi jangan salah, destinasi wisata menarik di Bengkulu tidak hanya melihat mekarnya bunga Rafflesia saja loh, karena di kota ini banyak sekali destinasi wisata sejarah yang cocok dijadikan wahana edukasi. Diantara banyaknya destinasi wisata sejarah di Bengkulu, ada dua tempat yang cukup terkenal dan banyak dikunjungi wisatawan, yaitu Rumah Pengasingan Presiden Soekarno dan Benteng Malborough di mana sisa-sisa benteng ini masih tegak berdiri di Kota Bengkulu.

Dari sisi geografisnya, umumnya Bengkulu memiliki wilayah yang bergelombang di mana pada sisi timur merupakan wilayah dataran tinggi dan berbukit dengan tanah yang terbilang subur. Sedangkan dibagian lain adalah dataran rendah. Bengkulu juga dikenal memiliki cukup banyak destinasi wisata pantai, apalagi letaknya yang langsung berhadapan dengan Samudera Hindia. Tanahnya yang subur membuat banyak masyarakat memiliki hobi bercocok tanam, entah digunakan sebagai mata pencaharian atau hanya sekadar hobi.

Kelurahan Rawa Makmur Bengkulu

Di Bengkulu, hampir semua masyarakat suka dengan aktivitas bercocok tanam, selain tanahnya yang memang subur juga perlahan tumbuh kesadaran bahwa aktivitas juga sangat baik untuk menjaga kelestarian lingkungan, apalagi Bengkulu merupakan kota yang letak geografisnya berhadapan langsung dengan Samudera Hindia. Tumbuhnya kesadaran untuk ikut menjaga kelestarian alam ini juga dialami para ibu yang tinggal dilingkungan Rawa Makmur, Bengkulu. Bahkan untuk mewadahi kegiatan tersebut, sudah terbentuk kelompok perempuan yang diberi nama "SABoNG."

Kontribusi Kelompok Perempuan SABoNG Dalam Pelestarian Lingkungan Berkelanjutan Di Rawa Makmur

Pesatnya pembangunan di berbagai bidang tentu tidak bisa dielakkan, tanah yang dulunya kosong dan banyak ditumbuhi pepohonan, kini telah berdiri gedung atau dijadikan perumahan. Kelurahan Rawa Makmur pun tidak luput dari perubahan tersebut. Wilayah yang dahulu sepi dan hanya berdiri beberapa rumah, kini semakin ramai sehingga berimbas pada hilangnya lahan yang dahulu ditumbuhi pepohonan hijau. Sadar akan perubahan yang kini mulai dialami kampungnya, sang narasumber Musfadhillah Dhika atau yang lebih akrab dipanggil Mbak Dillah pun mengajak para ibu mulai berbenah, agar kelestarian lingkungan kampung yang dicintai tetap terjaga.

Untuk mewadahi aktivitas yang perlahan mulai konsisten dilakukan, Mbak Dillah bersama para perempuan, terutama ibu-ibu di lingkungan Kelurahan Rawa Makmur sepakat membentuk kelompok perempuan produktif yang diberi nama "SABoNG." Di sela-sela aktivitas mengurus rumah tangga, para ibu ini kompak melakukan beragam kegiatan untuk mendukung kelestarian lingkungan, khususnya dilingkungan tempat tinggalnya. Salah satunya adalah menjadikan lahan kosong sebagai lahan produktif, meskipun tidak luas.

Perempuan SABoNG KBA Rawa Makmur Bengkulu

Butuh semangat dan tekad yang kuat dari para ibu untuk membersihkan lahan kosong, karena kondisi lahan tersebut bisa dibilang sangat memprihatinkan. Selain ditumbuhi rumput rawa yang sulit dimatikan, meskipun sudah berkali-kali dicoba, dilahan tersebut juga banyak sampah, seperti plastik, kaca, paku, serta batu dari berbagai ukuran, bahkan ada yang berukuran cukup besar dan sulit dipindahkan. 

Hambatan tidak berhenti sampai di situ, aktivitas penanaman juga harus berpacu dengan waktu agar semua bibit tanaman sudah selesai ditanam sebelum musim hujan tiba. Contohnya nih, perempuan SABoNG harus melakukan penyulaman tanaman jagung berkali-kali, setelah gagal karena curah hujan yang tidak menentu. Syukurlah meskipun berkali-kali gagal yang terus mencoba lagi, akhirnya satu-persatu tanaman mulai eksis dan tumbuh dengan subur, sampai akhirnya bisa dipanen.

Dari satu lahan kosong yang menjadi percontohan, akhirnya satu-persatu lahan yang awalnya hanya dijadikan lokasi pembuangan sampah pun dijadikan lahan produktif. Jenis tanaman yang ditanam pun mulai beragam, seperti jagung, aneka sayuran, dan buah-buahan yang masuk dalam kategori mudah tumbuh. Akhirnya setelah terlewati beberapa bulan, lingkungan Kelurahan Rawa Makmur pun mulai terlihat asri, hijau, dan produktif, tentu saja! 

kegiatan bercocok tanam di KBA Rawa Makmur

Semula hanya beberapa ibu yang terlihat dalam kelompok perempuan SABoNG di Kelurahan Rawa Makmur, setelah waktu berlalu kini semakin banyak ibu yang terlihat dari berbagai jejang usia, mulai dari ibu muda hingga lanjut usia. Selain mengikuti aktivitas bercocok tanam, para ibu lintas usia ini juga menjadikan aktivitas tersebut sebagai sarana untuk bersilahturahmi. Sukses mengajak banyak ibu untuk terlibat dalam aktivitas menjaga kelestarian lingkungan, Mbak Dillah menceritakan rencana kelompok perempuan SABoNG selanjutnya, yaitu mengajak anak-anak agar aktivitas yang sudah dimulai ini akan berkelanjutan.

Anak-anak dilingkungan Kelurahan Rawa Makmur yang ingin mengikuti kegiatan seperti para ibu dibuatkan komunitas khusus, yaitu Kelas Bocil SABoNG. Kelas ini diberikan petakan lahan tersendiri, tentu saja yang sudah dibersihkan dan siap ditanami. Anak-anak diajarkan cara menanam yang baik serta merawat tanaman tersebut, termasuk menjaga tanaman agar tidak ditumbuhi rumput liar yang akan mengganggu pertumbuhan tanaman. 

Agar tidak mengganggu aktivitas anak-anak, yaitu belajar disekolah dan mengaji di sore hari, aktivitas bercocok tanam ini dilakukan sesuai dengan waktu luang yang dimiliki anak-anak dan dilakukan bergantian. Selain aktivitas bercocok tanam di lahan kosong, anak-anak juga belajar cara menanam dengan sistem hidroponik. 

Budidaya Hidroponik Kelas Bocil SABoNG

Wah, ini bisa menjadi kesempatan anak-anak belajar pengetahuan baru tentang aktivitas bercocok tanam loh, apalagi menurut Mbak Dillah kegiatan ini memiliki banyak manfaat positif, diantaranya:

  • Membantu mengasah motorik anak, karena saat bercocok tanam atau berkebun, anak banyak terlibat dalam kegiatan yang melibatkan otot dan koordinasi tubuhnya. Menggali tanah dengan sekop, menyiram air, dan memindahkan pot merupakan contoh kecil aktivitas yang dapat merangsang kemampuan motoriknya.
  • Menumbuhkan minat anak untuk makan sehat. Dari pengalaman, anak-anak terlihat sangat antusias saat akan memanen tanaman yang sudah ditanamnya, terutama sayur-sayuran. Setelah diolah dan dimasak oleh ibunya, ternyata anak-anak suka dan tidak ada lagi yang menolak makan sayur setelah mengikuti Kelas Bocil SABoNG dan diajak bercocok tanam.
  • Mengajarkan anak-anak bertanggung jawab pada tugasnya. Di Kelas Bocil SABoNG, anak-anak diberikan petak-petak kecil lahan untuk ditanam aneka tanaman terutama sayur-sayuran. Dipetak-petak kecil tersebut, anak-anak tidak hanya diajarkan mulai dari menanam bibir sayuran tapi juga merawat tanaman tersebut secara telaten hingga siap di panen. Meskipun awalnya beberapa kali gagal, tapi anak-anak yang tergabung dalam Kelas Bocil SABoNG akhirnya dengan gembira bisa memanen sayuran dari kebunnya sendiri...senangnya!
Kegiatan mengedukasi anak-anak tentang cara mencintai lingkungan dan ikut aktif menjaga kelestarian lingkungan ini juga menjadi program kelompok perempuan SABoNG. Bagaimana pun anak-anak adalah generasi penerus yang akan melanjutkan perjuangan menjaga kelestarian lingkungan hingga berkelanjutan di masa depan. Untuk itulah, anak-anak tidak hanya diajarkan cara bercocok tanam yang baik, tapi juga menjaga kebersihan lingkungan dan membuang sampah pada tempat yang sudah disediakan.

Hampir lupa, Mbak Dillah juga menceritakan, sejak anak-anak mengikuti Kelas Bocil SABoNG yang mengajarkan aktivitas bercocok tanam, terutama dengan cara hidroponik. Anak-anak jadi suka makan sayuran lho, apalagi jika sayuran yang dimasak berasal dari hasil panennya. Kebetulan anak-anak diberikan lahan sendiri untuk bercocok tanam dan melakukan kegiatan budidaya tanaman hidroponik. Bahkan, dari kebun mungil tersebut, Kelas Bocil SABoNG sudah beberapa kali panen, dengan hasil panen sangat baik, sayurannya segar dan besar-besar.

Tidak hanya kegiatan bercocok tanam untuk menjadikan lahan bekas sampah menjadi lahan produktif yang hijau dan asri, kelompok perempuan SABoNG juga belajar cara menanam dengan sistem hidroponik. Siapa nih yang belum tahu apa itu hidroponik? Hidroponik adalah cara budidaya tanaman tanpa menggunakan media tanah, melainkan hanya memanfaatkan air. Banyak orang tertarik dengan teknik budidaya ini karena teknik penanaman dengan cara hidroponik ini memerlukan air lebih sedikit jika dibandingkan menanam dengan menggunakan media tanah pada umumnya. Metode tanam ini cocok diterapkan untuk tempat yang memiliki keterbatasan air, atau justru ingin meminimalisir penggunaan air.

Tapi menurut mbak Dillah, berdasarkan pengalaman kelompok perempuan SABoNG, untuk tumbuh subur dan sempurna, tanaman hidroponik juga harus diperhatikan asupan nutrisinya. Nah, nutrisi pada tanaman yang dibudidayakan secara hidroponik dapat berasal dari bermacam-macam sumber, seperti pupuk yang berasal dari kompos, dan lainnya. Tahu sendiri kan kalau kompos umumnya dibuat dari sampah berupa daun-daun kering. Dengan pembuatan kompos ini, maka sampah berupa daun-daun kering bisa diminimalisir dan lingkungan akan lebih bersih. 

belajar budidaya tanaman secara hidroponik

Sempat juga menanyakan kepada Mbak Dillah, mengapa begitu konsisten mengajarkan teknik budidaya hidroponik pada ibu-ibu yang tergabung dalam kelompok perempuan SABoNG dan juga di Kelas Bocil SABoNG? Ternyata ini karena Hidroponik ini dinilai memiliki berbagai keunggulan sehingga cocok ditanam oleh para perempuan terutama ibu rumah tangga dan juga anak-anak. Keunggulannya antara lain:
  • Tidak memerlukan lahan yang luas, karena tanaman dapat ditanam dalam ruangan atau di tempat yang kecil, sehingga cocok untuk diletakkan di pekarangan rumah warga atau lahan kosong dekat rumah.
  • Tanaman dapat tumbuh lebih cepat, karena nutrisi dapat dikendalikan dengan baik sehingga tanaman tumbuh lebih cepat dan hasil panen dapat dipanen lebih cepat. Alasan ini yang membuat anak-anak dari Kelas Bocil SABoNG sangat bersemangat dan tidak sabar menunggu jadwal untuk merawat tanaman Hidroponik.
  • Lebih efisien dalam penggunaan air, karena nutrisi dapat langsung disalurkan ke akar tanaman dan tidak diserap oleh tanah atau medium lain yang kurang efisien.
  • Hasil panen lebih besar, karena asupan nutrisi yang optimal maka tanaman yang ditanam dengan cara Hidroponik ini dapat tumbuh lebih besar.
  • Pastinya lebih ramah lingkungan, karena dalam Hidroponik penggunaan pestisida dan pupuk kimia bisa diminimalisir sehingga dampak negatif untuk lingkungan bisa dikurangi.
Untuk percobaan budidaya tanaman dengan cara Hidroponik yang pertama adalah menanam kangkung, karena sayuran ini bisa dibilang sangat disukai mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Meskipun sudah dilakukan pelatihan sebelumnya, saat praktek pertama kali para perempuan terutama ibu rumah tangga masih merasa kebingungan karena belum terbiasa menggunakan air sebagai media menanam.

Hasilnya, saat pemanenan hidroponik pertama, pertumbuhan kangkung terlihat masih bervariasi, ada yang tumbuh dengan subur dan memiliki daun yang besar-besar, tapi ada juga yang justru tidak tumbuh sama sekali. Meskipun hasil panen pertama belum memuaskan, para perempuan SABoNG pantang putus asa dan terus mencoba. Kali ini tidak hanya menanam kangkung secara hidroponik tapi juga mencoba tanaman lain, yaitu sawi. Untuk praktek hidroponik yang kedua ini bersifat kelompok dan tidak terasa makin banyak yang bergabung.

Budidaya kangkung secara hidroponik

Hasil praktek kedua, lumayan dan ternyata kelompok perempuan SABoNG masih kalah hasil panennya dengan kelas bocil...wkwkwk. Setelah praktek kedua, lanjut ke praktek berikutnya dengan harapan semoga berhasil. Untunglah di praktek kedua ini, tanaman sawi bisa tumbuh dengan baik dan siap untuk dipindahkan dari tempat persemaian ke karung. Perlahan namun pasti, kegiatan yang sudah dilakukan kelompok perempuan SABoNG ini mulai menunjukkan hasil yang konsisten, untuk memberikan kontribusi bagi kelestarian lingkungan berkelanjutan di lingkungan Rawa Makmur. 

Kelompok perempuan SABoNG di lingkungan Kelurahan Rawa Makmur ternyata tidak hanya konsisten melakukan kegiatan pelestarian lingkungan, tapi juga membangun kewirausahaan. Salah satu kegiataan kewirausahaan yang kini bertumbuh menjadi salah satu motor penggerak untuk mendapatkan manfaat ekonomis adalah budidaya kaktus dan produksi teh herbal. Seperti apa? Berikut ceritanya.

Kelompok Perempuan SABoNG, Motor Penggerak Ekonomi Para Ibu Di Rawa Makmur

Budidaya kaktus, kini menjadi salah satu kegiataan kewirausahaan yang sedang giat-giatnya dikembangkan kelompok perempuan SABoNG. Mengapa kaktus? Ada beberapa alasan menurut Mbak Dillah, mengapa kaktus yang dipilih untuk dibudidayakan, seperti:
  • Kaktus adalah tanaman yang mudah ditanam, bahkan dalam iklim yang paling buruk sekalipun.
  • Investasi modal yang dibutuhkan untuk memulai usaha kaktus terbilang sangat kecil.
  • Budidaya kaktus relatif hanya membutuhkan ruangan yang tidak terlalu besar, bahkan ruangan kecil sekalipun bisa digunakan untuk budidaya kaktus.
  • Kaktus dapat dijual dengan berbagai cara, baik secara langsung maupun online karena kaktus merupakan tanaman yang mudah dikemas.
  • Makin lama usia kaktus atau makin besar ukuran kaktus, harga kaktus juga akan semakin mahal.
Lantas, kemana aneka kaktus yang dibudidayakan perempuan SABoNG bermuara? Tentu saja dijual, dan untuk meningkatkan harga jual, kaktus-kaktus tersebut dikemas sehingga bisa dijadikan souvenir, baik acara perusahaan maupun pernikahan. Tentu saja, agar menarik maka kaktus-kaktus tersebut dibudidayakan sebaik mungkin, dan untuk kebutuhan ini Mbak Dillah kerap mengundang mentor khusus yang sudah berpengalaman dalam budidaya kaktus. 

souvenir kaktus perempuan SABoNG

Hanya kaktus! Tentu saja tidak, karena kelompok perempuan SABoNG memiliki usaha lain yang sebenarnya sudah cukup lama dikembangkan, salah satunya adalah Teh Herbal Daun Salam. Tahu kan kalau daun salam yang sehari-hari dijadikan salah satu bumbu masakan ini memiliki banyak sekali manfaat untuk kesehatan. Diantara manfaatnya adalah membantu menurunkan tekanan darah tinggi dan asam urat, untuk khasiat ini sudah dilakukan berbagai penelitian lho!

Selain itu, daun salam juga memiliki kandungan antioksidan tinggi yang sangat bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Dengan produk ini, konsumen tidak perlu susah-susah merebus daun salam, cukup tinggal seduh dan siap diminum. Untuk bahan bakunya dipilih daun salam yang berkualitas serta telah melalui proses pengolahan yang panjang sehingga menghasilkan rasa dan aroma yang mirip dengan teh walau tanpa campuran teh. Produk ini juga dikemas dalam kantong teh kekinian sehingga mudah dibawa kemana saja, tanpa pusing harus mencari tempat untuk merebusnya.

Teh Herbal Daun Salam SABoNG

Selain Teh Herbal Daun Salam, perempuan SABoNG juga telah memproduksi Teh Daun Sungkai. Bagi yang belum mengetahuinya, Teh Daun Sungkai berasal dari daun sungkai yang terkenal memiliki banyak manfaat untuk kesehatan, diantaranya sebagai obat sakit gigi, obat demam, meningkatkan imunitas tubuh, menurunkan kadar asam urat, melawan peradangan, dan lainnya. Sungkai merupakan tumbuhan asli Kalimantan, yang juga bisa dijumpai di daerah Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi, dan beberapa tempat lainnya.

Saat ini, berbagai produk yang dihasilkan perempuan SABoNG sudah mulai dipasarkan ke berbagai kota di Indonesia, bahkan beberapa produk sudah mulai dijual secara online melalui beberapa marketplace. Perlahan namun pasti perempuan SABoNG mulai meningkatkan produksi beberapa unit usahanya dan berhasil menebarkan semangat berwirausaha tidak hanya dikalangan perempuan dan ibu rumah tangga tapi juga anak-anak. Semoga nyala api semangat berwirausaha dikalangan perempuan SABoNG akan terus menyala, meskipun banyak hambatan yang mungkin saja akan datang.

Kontribusi Aktif Perempuan SABoNG Antar Rawa Makmur Raih Apresiasi SATU Indonesia Awards

Kegiatan menjaga kelestarian lingkungan sesungguhnya merupakan tanggung jawab semua masyarakat, tidak peduli berapa pun usianya. Namun, khusus di Kelurahan Rawa Makmur menurut Mbak Dillah memang lebih fokus pada peningkatan partisipasi perempuan, khususnya para ibu yang pastinya memiliki peran sangat penting dalam rumah tangga. Diharapkan, dengan partisipasi aktif para ibu dalam menjaga lingkungan akan menularkan kebiasaan baik ini untuk anak-anaknya.

Terbukti, selain kegiatan para ibu di Rawa Makmur yang tergabung dalam kelompok perempuan SABoNG berjalan aktif dan neliputi berbagai aktivitas, seperti bercocok tanam di lahan kosong dan budidaya tanaman dengan cara hidroponik serta kegiatan wirausaha, anak-anak juga aktif berkegiatan melalui Kelas Bocil SABoNG. Bahkan untuk kegiatan budidaya hidroponik, anak-anak lebih terdepan dibanding para ibu, dan ini bisa dilihat dari hasil panen sayuran yang ditanam anak-anak.

Kisah sukses SaBoNG dalam pelestarian lingkungan menjadi inspirasi bagi perempuan-perempuan lain untuk turut berkontribusi dalam menjaga kelestarian alam. Mereka membuktikan bahwa perempuan tidak hanya berperan dalam urusan domestik, tetapi juga mampu menjadi agen perubahan yang membawa dampak positif bagi lingkungan.

Atas peran aktif dan kontribusi seluruh masyarakat Kelurahan Rawa Makmur, Bengkulu, terutama kelompok perempuan aktif SABoNG, mendapat apresiasi SATU Indonesia Awards sebagai salah satu Kampung Berseri Astra (KBA). Apresiasi ini diberikan kepada KBA Rawa Makmur karena telah berhasil mengembangkan serta mengintegrasikan 4 pilar KBA, yaitu Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Kesehatan, dalam kegiatan masyarakat sehari-hari.

Setelah terpilih menjadi salah satu Kampung Berseri Astra (KBA), diharapkan kedepannya KBA Rawa makmur akan menjadi kampung yang produktif dan mandiri, yaitu menjadi pusat pembelajaran, mandiri dalam memenuhi kebutuhan sendiri melalui berbagai kegiatan produktif masyarakatnya, serta konsisten mengintegrasikan 4 pilar Kampung Berseri Astra (KBA) untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, untuk masa depan yang lebih baik dan berkelanjutan.
Mutia Erlisa Karamoy
Mutia Erlisa Karamoy Mom of 3 | Lifestyle Blogger | Web Content Writer | Digital Technology Enthusiast | Another Blog seputarbunda.com | Contact: elisakaramoy30@gmail.com

Posting Komentar untuk "Perempuan SABoNG: Merajut Asa Di Bumi Rafflesia"