Jein Marlinda, Sosok Inspiratif Dibalik Manisnya Gula Semut Molomamua

Gula Semut Molomamua sangat berdampak bagi masyarakat Komunitas Adat Terpencil (KAT) Suku Lauje, bukan hanya peningkatan ekonomi bagi petani aren masyarakat KAT tapi juga membawa dampak bagi pendidikan anak-anak KAT Suku Lauje. 

Jein Marlinda Founder Gula Semut Molomamua, Sulawesi Tengah

Jein Marlinda, seorang perempuan inspiratif dari Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, telah berhasil mengubah hidup masyarakat adat Suku Lauje melalui UMKM Gula Semut. Dengan tekad yang kuat dan semangat juang yang tinggi, Jein berhasil mengangkat potensi lokal dan membawa kesejahteraan bagi masyarakat KAT Suku Lauje, terutama akses untuk meningkatkan perekonomian dan mendapatkan pendidikan yang layak bagi anak-anak Suku Lauje. Seperti apa kisah inspiratif yang dibagikan Jein Marlinda hingga mampu membangun ekonomi masyarakat Komunitas Adat Terpencil (KAT) Suku Lauje? Simak berikut ini.

Kenal Lebih Dekat Dengan Komunitas Adat Terpencil (KAT) Suku Lauje

Indonesia adalah negara yang kaya "gemah ripah loh jinawi." Kekayaan tersebut tidak hanya sebatas pada hasil alam saja, tetapi juga pada ragam suku, bahasa, agama, kepercayaan, dan adat istiadat. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2010, Indonesia memiliki 1.331 suku yang mendiami berbagai daerah, pulau besar dan kecil di wilayah Indonesia, bahkan ada beberapa suku yang masih mendiami daerah hutan serta pegunungan. Masing-masing daerah mempunyai suku asli yang biasanya hidup secara komunal di belantara hutan atau disebut sebagai suku terpencil, hingga akhirnya memunculkan istilah Komunitas Adat Terpencil (KAT).

Dilansir dari situs Kementerian Sosial Republik Indonesia, Komunitas Adat Terpencil atau biasa disingkat KAT adalah sekumpulan kecil anggota masyarakat yang hidup berkelompok di pelosok daerah dan hidup berpindah-pindah (nomaden) atau menetap pada kawasan pulau terpencil, pegunungan, atau daerah perbatasan, dan memiliki keterbelakangan kondisi dari sisi transportasi, kesehatan, dan pendidikan. Salah satu suku di Indonesia yang termasuk dalam masyarakat KAT adalah Suku Lauje.

Masyarakat Komunitas Adat Terpencil (KAT) Suku Lauje
Foto: www.instagram.com/jeanemandey/

Suku Lauje tersebar di pegunungan yang berada di tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Tinombo, Kecamatan Palasa, dan Kecamatan Tomini. Di Kecamatan Palasa, Suku Lauje tersebar di berbagai wilayah. Masyarakat Lauje dikenal hidup berkelompok dan berpindah-pindah (nomaden)  dengan cara bertani atau berburu. Masyarakat ini juga dikenal suka berladang tanaman, seperti cabe, bawang, jagung, dan lainnya. Jadi, meskipun hidup berpindah-pindah, Suku Lauje mengenal berbagai tanaman bahan pokok makanan.

Salah satu alasan yang membuat Suku Lauje berladang secara nomaden adalah untuk menjaga kesuburan tanah, dan kepercayaan ini menjadi salah satu kearifan lokal yang masih dipertahankan secara turun-temurun, dari generasi ke generasi. Meskipun kehidupan suku yang termasuk dalam KAT ini adalah bertani dan berburu, namun salah satu keahlian yang kemudian mengantarkan Suku Lauje mampu berwirausaha adalah keahlian dalam mengolah gula aren.

Bagi masyarakat KAT Suku Lauje, Pohon Aren merupakan simbol kehidupan, sehingga anggota masyarakat KAT ini tidak boleh atau dilarang membakar pohon aren karena diyakini akan terjadi hal-hal buruk jika larangan tersebut dilanggar. Tidak heran jika hampir semua masyarakat Suku Lauje terutama ibu-ibu memiliki keahlian mengolah gula aren. Meskipun memiliki keahlian mengolah gula aren berkualitas, sayangnya masyarakat KAT Suku Lauje belum memiliki akses untuk menjual hasil olahan tersebut di luar komunitasnya. Padahal kearifan lokal ini jika dimaksimalkan memiliki potensi ekonomi yang luar biasa, yang pastinya bisa membantu masyarakat KAT Suku Lauje hidup lebih sejahtera.

Ketika Gula Semut Molomamua Membawa Harapan Bagi Masyarakat KAT Suku Lauje

Tahun 2020 menjadi lembaran bersejarah yang tidak pernah terlupakan bagi banyak orang, saat pandemi Covid-19 melanda hampir seluruh dunia, termasuk Indonesia. Era pandemi ini menjadi pembelajaran bagi banyak orang untuk melihat suatu isu dari perspektif yang berbeda, yang lebih luas dan bermakna. Begitu juga dengan ekosistem usaha sosial di Indonesia, ada banyak changemakers yang tetap semangat untuk berkontribusi dalam menyelesaikan isu sosial dan ekonomi di Indonesia, salah satunya adalah sosok inspiratif Jein Marlinda.

Perempuan inspiratif dari Sulawesi Tengah, Jein Marlinda, Founder Gula Semut Molomamua menarik napas panjang sebelum memulai ceritanya, tentang bagaimana UMKM Gula Semut Molomamua bermula. Sama seperti orang lainnya, Jein juga mengalami masa-masa berat saat pandemi melanda hampir semua negara di dunia, termasuk Indonesia dan daerah Sulawesi Tengah. Di masa pandemi ini, Jein harus merasakan pahitnya kehilangan pekerjaan sebagai pendamping Komunitas Adat Terpencil (KAT), yang merupakan Program Kementerian Sosial RI. 

Di satu sisi, Jein mulai memikirkan mencari pekerjaan baru demi mendapatkan penghasilan tetap, namun di sisi yang lain Jein tidak bisa menafikan begitu saja kehidupan masyarakat KAT Suku Lauje yang mungkin saja akan semakin sulit. Tidak ingin berlarut-larut dalam dilema, Jein bangkit untuk berusaha dan mulai memikirkan apa yang bisa dilakukan untuk membantu masyarakat KAT Suku Lauje yang sudah seperti saudara baginya. Berbagai pertimbangan dan masukan dari masyarakat KAT Suku Lauje terus Jein dapatkan hingga akhirnya "benar" Suku Lauje memiliki potensi besar dibalik keahliannya sebagai petani gula aren yang dikenal berkualitas.

Sadar akan potensi ekonomi komoditas aren di daerah Parigi Moutong, Jein akhirnya berdiskusi secara intensif dengan masyarakat KAT Suku Lauje, terutama para petani aren lokal untuk membuat terobosan produk baru yang bisa dijual dan memiliki potensi pasar yang lebih luas, yaitu produksi gula semut. Bagi Jein, ini adalah usaha sosial dan tidak hanya sekadar menghasilkan profit, tetapi juga membantu masyarakat KAT Suku Lauje agar memiliki kehidupan yang lebih baik, terutama pendidikan bagi anak-anak Suku Lauje dan kemandirian ekonomi.

Jein Marlinda, Memulai Perjalanan Baru Dengan Gula Aren Lokal

Suatu hari di bulan April 2020 menjadi hari bersejarah bagi Jein Marlinda, di mana ia mendapat kesempatan untuk bertemu para tokoh masyarakat KAT Suku Lauje, yang saat itu bermukim di pegunungan Molomamua, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. Perbincangan yang panjang dan penuh semangat ini akhirnya berbuah kesepakatan untuk mengangkat potensi lokal komoditas aren yang selama ini sudah diolah masyarakat KAT Suku Lauje untuk kebutuhan sehari-hari.

Mengapa gula aren? Gula aren yang diolah masyarakat KAT Suku Lauje dikenal memiliki cita rasa dan aroma yang khas, hal ini dikarenakan saat pengolahan menggunakan pewarna dan pengawet dari bahan alami yang juga merupakan tradisi lokal sejak zaman dahulu. Ya...sejak zaman nenek moyang, dalam mengolah gula aren, masyarakat KAT Suku Lauje menggunakan "Akar Bayur" sebagai pewarna dan pengawet nira gula aren. Adapun caranya terbilang sederhana; sebelum dimasukkan ke dalam nira, akar bayur dikupas terlebih dahulu kemudian dipukul-pukul sampai akar bayur tersebut mengeluarkan warna.

Mungkin masih banyak yang bertanya-tanya, akar bayur berasal dari tumbuhan apa? Berikut sedikit penjelasannya, Bayur atau yang dalam bahasa daerah disebut Banyoro adalah tumbuhan khas dari Sulawesi yang merupakan salah satu tumbuhan yang mengandung senyawa fenolat. Salah satu bagian, yaitu akar pohon bayur sering digunakan masyarakat untuk pengobatan tradisional. Setelah diteliti, ternyata akar bayur diketahui memiliki kadar antioksidan yang tinggi, sehingga sering dijadikan campuran minuman kesehatan tradisional. 

Ibu-ibu Suku Lauje Sedang Mengolah Gula Semut
Foto: www.instagram.com/gulaarenmolomamua/

Agar lebih terjamin keamanan penggunaan akar bayur dalam nira gula aren produksi masyarakat KAT Suku Lauje, Jein kemudian membawa akar bayur ini ke laboratorium Universitas Tadulako. Ternyata setelah dilakukan pengujian, selain aman ternyata akar bayur juga memiliki kandungan baik untuk kesehatan, hal ini tidak terlepas dari kadar antioksidan yang terkandung dalam akar bayur. Dengan hasil uji laboratorium ini, penggunaan akar bayur sebagai pewarna dan pengawet nira gula aren, yang juga merupakan tradisi masyarakat KAT Suku Lauje Molomamua, terjamin aman ya! Sekarang lanjut ke cerita pengolahan gula arennya.

Selama ini, hasil olahan gula aren yang diproduksi petani aren Suku Lauje dijual ke pasar kampung terdekat setiap akhir pekan. Namun, akses dari masyarakat KAT Suku Lauje yang umumnya tinggal dipegunungan untuk menuju kampung terdekat masih sangat sulit, sehingga para petani harus menyewa ojek untuk membantu membawa logistik produk gula aren yang akan dijual ke pasar. Seringkali kejadian, kondisi jalan yang rusak membuat banyak gula aren hancur di perjalanan, akibatnya tidak laku saat dijual ke pasar. Ini menjadi keluhan pertama yang didengar Jein saat berdiskusi tentang rencana produksi gula semut.

Ternyata hambatan petani aren Suku Lauje tidak hanya itu, keterbatasan pengetahuan dan bahasa menjadi faktor lainnya yang membuat makin kesulitan untuk memasarkan gula aren yang diproduksi. Sedih yang dirasakan Jein, namun justru hal itulah yang membuatnya makin bersemangat untuk segera merealisasikan rencana produksi gula aren menjadi gula semut. 

Dari Belanga Ke Mesin: Saatnya Produksi Gula Semut!

Sejak 1 April 2020, menjadi awal perjalanan panjang untuk memulai produksi Gula Semut Molomamua bersama petani aren Suku Lauje. Meskipun rencana usaha sudah dibuat maksimal, namun menurut Jein masa-masa awal menjalankan usaha adalah hal tersulit. Jein bersama masyarakat KAT Suku Lauje memulai usaha dengan modal yang terbilang minim dan peralatan yang masih sangat sederhana serta terbatas. Seperti contoh masih menggunakan ayakan manual dan tangan yang gigih untuk mengaduk nira gula aren sampai masak serta kental. 

Jein menambahkan, modal awal sebesar Rp200 ribu ternyata hanya cukup untuk membuat 20 buah gula aren yang kemudian diproduksi menjadi gula semut. Dengan hasil produksi yang bisa dibilang sedikit, Jein dan masyarakat KAT Suku Lauje masih harus menempuh perjalanan puluhan bahkan ratusan kilo hanya untuk memasarkan Gula Semut Molomamua. Dengan tantangan seberat ini, Jein terpikir untuk menyerah, namun melihat para ibu Suku Lauje yang selalu semangat memproduksi gula semut meskipun alat produksi terbatas, akhirnya Jein bertekad untuk terus maju sambil mencari dukungan dari berbagai pihak.

Produk Gula Semut Molomamua
Foto: www.instagram.com/gulaarenmolomamua/

Akhirnya! Setelah bulan demi bulan dilalui, tawaran untuk membantu memasarkan dari instansi terkait, terutama yang berhubungan dengan UMKM terus berdatangan, sehingga Jein Marlinda dengan Gula Semut Molomamua bisa mengikuti berbagai pameran UMKM di berbagai kota di Sulawesi Tengah. Untuk memperbesar kapasitas produksi gula semut, kini pusat produksi Gula Semut Molomamua yang terletak di Desa Palasa Lambori, Kecamatan Palasa, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah telah menggunakan mesin-mesin modern sehingga bisa memproduksi lebih dari 50 kg gula semut setiap pekan.

Gula Semut Molomamua Kemasan Stik
Foto: www.instagram.com/gulaarenmolomamua/

Tidak hanya itu, produk Gula Semut Molomamua dan Gula Semut Jahe Merah Molomamua telah mengantongi izin edar dari BPOM RI, sehingga aman untuk dikonsumsi. Agar produk yang dijual makin berkualitas, Jein juga menjalin kemitraan dengan Dinas Kesehatan Parigi Moutong untuk melakukan uji laboratorium setiap tahun. Hal ini penting, untuk menjaga kualitas produk gula semut yang dihasilkan, juga untuk memenuhi prosedur yang ditetapkan BPOM RI. Masyarakat KAT Suku Lauje yang mengolah gula semut juga secara rutin diberikan pelatihan prosedur menghasilkan produk yang aman untuk dikonsumsi.

Gula Semut Molomamua, Jembatan Kesejahteraan Bagi Masyarakat Komunitas Adat Terpencil (KAT) Suku Lauje

Tahun yang berat saat memulai UMKM Gula Semut Molomamua kini berlalu, meskipun belum menjangkau pemasaran ke seluruh daerah di Indonesia, namun Jein Marlinda dan seluruh masyarakat KAT Suku Lauje patut berbangga hati karena usahanya sudah membuahkan banyak perubahan baik dalam kehidupan sosial dan ekonomi maupun pendidikan. Dengan hasil usaha yang terus naik signifikan dari bulan ke bulan, Gula Semut Molomamua ini telah mampu menyediakan fasilitas "Ruang Pintar Palasa" untuk anak-anak Suku Lauje, terutama yang masih berusia sekolah.

Di Ruang Pintar Palasa ini, anak-anak Suku Lauje bisa bermain, belajar, menanam sayuran, dan melakukan aktivitas yang sifatnya pendidikan lainnya dengan harapan akan semakin termotivasi untuk melanjutkan sekolah dan mengembangkan kreativitas sesuai kemampuannya. Ya...Jein berharap anak-anak Suku Lauje memiliki mimpi akan masa depan yang lebih baik dengan bersekolah hingga ke jenjang pendidikan tinggi. Untuk mewujudkan harapan itu, Jein melalui usaha Gula Semut Molomamua menyisihkan sedikit demi sedikit dana untuk membantu anak-anak Suku Lauje yang ingin melanjutkan pendidikan ke tingkat SMP dan SMA.

Rumah Pintar Palasa Anak-anak KAT Suku Lauje
Foto: www.instagram.com/jeanemandey/

Kenyataan masyarakat KAT Suku Lauje yang berpindah-pindah, membuat Jein mulai memikirkan tempat tinggal atau rumah yang bisa dijadikan asrama atau tempat penampungan anak-anak Suku Lauje yang sedang bersekolah. Setelah berdiskusi dengan tokoh serta tetua adat Suku Lauje, akhirnya secara bergotong royong membangun rumah mungil yang nyaman untuk dijadikan asrama anak-anak yang sedang melanjutkan sekolah. Jein menuturkan, ada bagian tersedihnya setelah proses pembangunan asrama ini rampung, yaitu anak-anak harus rela berpisah dengan orangtuanya yang masih melanjutkan tradisi hidup nomaden.

Jein sangat bersyukur karena anak-anak kuat dan tetap semangat bersekolah, bahkan ada yang memiliki mimpi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Dengan bantuan berbagai pihak, terutama dari pemerintah dan instansi terkait, akhirnya mulai ada beberapa anak dari Suku Lauje yang bisa mengenyam perguruan tinggi. Dengan ilmu yang didapatkan, Jein berharap anak-anak Suku Lauje yang telah lulus perguruan tinggi bisa membaktikan ilmunya untuk sukunya agar lebih maju dan sejahtera di masa yang akan datang.

Ternyata, Keberadaan gula semut Molomamua telah membawa dampak positif yang signifikan bagi masyarakat KAT Suku Lauje, antara lain:
  • Peningkatan ekonomi: Pendapatan masyarakat Suku Lauje meningkat secara signifikan berkat penjualan gula semut.
  • Pemberdayaan perempuan: Perempuan Suku Lauje yang sebelumnya hanya berperan sebagai ibu rumah tangga, kini memiliki kesempatan untuk ikut serta dalam kegiatan ekonomi produktif.
  • Pelestarian lingkungan: Proses produksi gula semut Molomamua tidak merusak lingkungan, bahkan justru membantu menjaga kelestarian hutan.
  • Penguatan identitas budaya: Gula semut Molomamua menjadi simbol identitas dan kebanggaan bagi masyarakat KAT Suku Lauje.

Sukses Kembangkan UMKM Gula Semut Molomamua, Jein Marlinda Raih Apresiasi SATU Indonesia Awards 2023

Bagi Jein Marlinda, menjadi founder usaha sosial adalah proses belajar yang berkelanjutan. Banyak hal yang perlu diperhatikan, mulai dari mengembangkan bisnis hingga komitmen untuk membantu masyarakat KAT Suku Lauje hidup lebih sejahtera. Meskipun perlahan namun pasti bisnis yang dikelola Jein bersama masyarakat KAT Suku Lauje mulai menampakkan hasil, namun Jein terus berproses untuk meningkatkan kapasitas dan pengetahuan agar bisa terus konsisten membangun usaha sosial yang berdampak dan berkelanjutan.

Tidak berhenti sampai disitu, Jein menuturkan sebagai jembatan antara masyarakat KAT Suku Lauje dan dunia, Gula Semut Molomamua membuka peluang baru bagi warga lokal untuk meningkatkan taraf hidupnya dengan memanfaatkan kekayaan alam yang ada di Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. Atas kerja keras dan dedikasi ini mengantarkan Jein Marlinda meraih Apresiasi Satu Indonesia Awards tahun 2023. Apresiasi ini diterima Jein dengan penuh suka cita, dan dengan penghargaan ini Jein berharap bisa memberikan kontribusi positif lebih banyak lagi dan berkelanjutan untuk meningkatkan kehidupan masyarakat KAT Suku Lauje di masa kini dan masa yang akan datang.

Jein Marlinda, Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2023

Kisah sukses Jein Marlinda menjadi inspirasi bagi banyak orang, terutama bagi mereka yang ingin berkontribusi dalam pembangunan daerah. Jein membuktikan bahwa dengan semangat yang tinggi dan inovasi yang tepat, kita dapat mengubah hidup kita dan masyarakat sekitar.

Keberhasilan gula semut Molomamua menjadi bukti bahwa potensi lokal yang dikelola dengan baik dapat membawa perubahan yang signifikan bagi masyarakat. Jein dan masyarakat KAT Suku Lauje telah menunjukkan bahwa dengan semangat gotong royong dan inovasi, maka dapat membangun masa depan yang lebih baik.

“Gula Semut Molomamua bukan hanya sekadar produk, tetapi juga sebuah harapan bagi masa depan masyarakat KAT Suku Lauje."

Referensi Artikel dan Foto: 
  1. https://www.instagram.com/jeanemandey/
  2. https://www.instagram.com/gulaarenmolomamua/
Mutia Erlisa Karamoy
Mutia Erlisa Karamoy Mom of 3 | Lifestyle Blogger | Web Content Writer | Digital Technology Enthusiast | Another Blog seputarbunda.com | Contact: elisakaramoy30@gmail.com

Posting Komentar untuk "Jein Marlinda, Sosok Inspiratif Dibalik Manisnya Gula Semut Molomamua"