Memahami Obesitas Anak: Penyebab, Dampak, dan Pencegahan

memahami obesitas anak

Dalam acara "Multi-Stakeholders Dialogue" Peringatan Hari Obesitas Sedunia Tahun 2024, di Jakarta, Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes), Prof. Dante Saksono Harbuwono mengingatkan bahwa dibalik kesan lucu dan menggemaskan pada anak yang mengalami obesitas, tersimpan risiko sindrom metabolik yang berkaitan dengan penyakit jantung koroner, stroke, dan pembuluh darah. Data Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023 menunjukkan prevalensi kegemukan hingga obesitas sekitar 19,7% pada anak usia 5-12 tahun dan 16% pada anak usia 13-15 tahun. Untuk itu sudah saatnya Indonesia menyalakan alarm pengingat untuk masalah obesitas pada anak ini.

Saat ini, obesitas pada anak menjadi masalah kesehatan yang semakin serius di seluruh dunia, tidak heran jika banyak negara di dunia mulai membahas secara serius tentang masalah kesehatan pada anak yang satu ini, salah satu negara Turki. Seperti dilansir dari website upek2023.org, masalah obesitas pada anak yang kian hari makin meningkat ini dibahas secara serius dalam Kongres Endrokrinologi dan Diabetes Pediatrik Nasional pada Mei 2023 lalu. Kongres ini diselenggarakan Asosiasi Endrikrinologi dan Diabetes Anak bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Marmara, Departemen Endokrinologi Anak dan Diabetes.  

Semakin meningkatnya angka obesitas terutama yang dialami usia anak-anak di negara Turki ini tidak jauh berbeda dengan Indonesia, seperti data yang telah berhasil dikumpulkan berbagai survei kesehatan nasional. Masalah kesehatan pada anak ini tidak bisa dianggap sepele, karena anak adalah generasi muda harapan bangsa di masa depan. Sedihnya, masih banyak masyarakat yang belum memahami sepenuhnya apa obesitas pada anak, termasuk penyebab dan dampaknya terhadap kesehatan anak di masa depan. Untuk itu, berikut ini akan dibahas penyebab, dampak, dan pencegahan obesitas pada anak akan masalah ini bisa segera ditanggulangi, terutama di Indonesia.

Memahami Obesitas Anak: Penyebab, Dampak, dan Pencegahan

World Health Organization (WHO) mendefinisikan obesitas sebagai penumpukan lemak yang berlebihan pada tubuh sehingga berpotensi mengganggu kesehatan. Nah, untuk mengetahui apakah seseorang termasuk anak-anak mengalami obesitas atau tidak, tenaga medis menggunakan indeks massa tubuh (body mass index/BMI) sebagai salah satu patokan sederhana.

Cara menghitung indeks massa tubuh adalah dengan membagi berat badan dalam kilogram dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m2). Namun, untuk mengetahui lebih pasti keadaan obesitas, dapat dilakukan pengukuran jumlah lemak tubuh dengan suatu metode atau alat tertentu. Untuk anak yang berusia di bawah 5 tahun dikatakan mengalami obesitas bila berat badan menurut tinggi badannya lebih dari 3 dari median Standar Pertumbuhan Anak WHO. Sedangkan, untuk anak usia 5-19 tahun disebut mengalami obesitas kalau indeks massa tubuh menurut usianya lebih dari 2 dari median Standar Pertumbuhan Anak WHO.

Jika ditanyakan apa penyebab obesitas pada anak, tentu jawabannya sangat beragam karena memang masalah obesitas pada anak dipengaruhi oleh banyak faktor. Namun secara umum, ada beberapa penyebab masalah obesitas pada anak berdasarkan pengalaman para dokter atau ahli kesehatan yang menangani masalah tersebut, yang akan dibahas berikut ini.

Penyebab Anak Mengalami Obesitas

Masalah obesitas yang dialami anak-anak bisa terjadi karena berbagai penyebab, namun ketidakseimbangan asupan dan buangan kalori menjadi faktor yang paling penting. Ketika energi yang dikonsumsi lebih besar daripada yang dikeluarkan, tentu energi yang berlebih ini akan disimpan sebagai jaringan lemak. Untuk lebih jelasnya, berikut ini beberapa faktor yang menjadi kunci penyebab masalah obesitas pada anak.

  1. Pola Makan yang Tidak Sehat. Anak-anak yang sering mengonsumsi makanan tinggi gula, lemak, dan kalori, seperti makanan cepat saji, minuman manis, serta camilan tinggi kalori, berisiko lebih besar mengalami obesitas.
  2. Kurangnya Aktivitas Fisik. Gaya hidup yang minim aktivitas fisik, seperti terlalu banyak duduk di depan layar televisi atau bermain gadget, mengurangi pembakaran kalori dalam tubuh, sehingga memicu penumpukan lemak.
  3. Faktor Genetik. Riwayat keluarga dengan obesitas juga meningkatkan risiko seorang anak mengalami kondisi serupa. Gen yang diwariskan bisa mempengaruhi cara tubuh mengolah makanan dan menyimpan lemak.
  4. Lingkungan Keluarga. Kebiasaan makan dan pola hidup dalam keluarga turut mempengaruhi berat badan anak. Misalnya, anak-anak yang dibesarkan di lingkungan yang tidak mendukung aktivitas fisik atau memiliki akses mudah ke makanan tidak sehat lebih berpotensi mengalami obesitas.
  5. Faktor Psikologis. Beberapa anak mungkin makan berlebihan sebagai respons terhadap stres, kecemasan, atau kebosanan. Pola makan emosional ini dapat menyebabkan kelebihan berat badan.
  6. Gangguan Hormonal. Beberapa gangguan hormonal dapat menyebabkan peningkatan berat badan.
Jelas bukan bahwa penyebab masalah obesitas pada anak sangat beragam, dan tentu harus dicermati oleh orangtua. Jika tidak segera dicarikan solusinya, terkadang masalah obesitas ini tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik anak tapi juga memunculkan masalah psikologis, seperti muncul perasaan kurang percaya diri dan lainnya. 

penyebab obesitas anak
Foto: freepik.com

Beberapa tanda obesitas pada anak yang mungkin bisa dijadikan acuan, seperti anak terlihat lebih gemuk dibandingkan anak lain seusianya, paha serta perut terlihat lebih berlemak dan berlipat-lipat, kulit nampak lebih gelap diarea tertentu terutama sekitar leher, napas terasa pendek saat berolahraga, kecenderungan adanya gangguan pernapasan saat tidur.

Dampak Obesitas Pada Anak

Jika tidak segera ditangani, terutama jika anak-anak mulai menunjukkan mengalami masalah obesitas, tentu akan berdampak pada banyak hal yang tentu akan mengganggu kestabilan hidupnya di masa depan, seperti:
  • Masalah Kesehatan Fisik. Anak dengan obesitas lebih rentan terhadap penyakit kronis, seperti diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi, dan gangguan jantung. Selain itu, obesitas dapat menyebabkan gangguan pernapasan, sleep apnea, dan masalah sendi.
  • Masalah Psikologis. Obesitas sering kali menyebabkan masalah kepercayaan diri dan stigma sosial. Anak-anak yang kelebihan berat badan berisiko lebih besar mengalami bullying, yang dapat memengaruhi kesehatan mental mereka, seperti munculnya depresi dan kecemasan.
  • Gangguan Perkembangan Sosial. Anak-anak dengan obesitas mungkin merasa tidak nyaman atau kurang percaya diri untuk berpartisipasi dalam aktivitas sosial dan fisik. Ini bisa menyebabkan isolasi sosial dan memengaruhi kemampuan mereka dalam menjalin hubungan sosial.
  • Meningkatnya Risiko Mengalami Masalah Kesehatan Serius Di Masa Depan. Obesitas anak yang tidak ditangani dapat berlanjut hingga dewasa, meningkatkan risiko penyakit serius seperti diabetes, penyakit jantung, stroke, dan bahkan beberapa jenis kanker di kemudian hari.

Pencegahan Obesitas Pada Anak

Apakah obesitas anak bisa dicegah? Tentu saja, orang dewasa yang terdekat dengannya bisa mencegah munculnya masalah obesitas pada anak. Namun tentu saja, agar pencegahan anak mengalami obesitas bisa sukses dibutuhkan kerjasama yang baik antara orangtua, sekolah, dan lingkungan terdekatnya. Berikut beberapa langkah pencegahan agar anak tidak mengalami masalah obesitas yang berdampak buruk di masa depan.
  1. Menerapkan Pola Makan Gizi Seimbang. Pastikan anak mendapatkan asupan makanan dengan memperhatikan jumlah kalori yang cukup tiap hari. dengan bentuk dan komposisi nutrisi yang seimbang. Pastikan juga anak mendapatkan makanan yang kaya nutrisi, seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan protein tanpa lemak. Batasi konsumsi makanan tinggi lemak dan gula serta ajarkan pentingnya porsi makan yang tepat.
  2. Meningkatkan Aktivitas Fisik. Dorong anak untuk aktif bergerak, baik melalui olahraga, bermain di luar rumah, atau mengikuti kegiatan fisik yang menyenangkan. Idealnya, anak-anak membutuhkan setidaknya 60 menit aktivitas fisik setiap hari.
  3. Batasi Waktu Layar. Kurangi waktu yang dihabiskan anak di depan layar, termasuk televisi, komputer, dan perangkat elektronik lainnya. Batasi penggunaan gadget dan dorong anak untuk lebih banyak berinteraksi secara fisik dengan lingkungan sekitar.
  4. Ciptakan Lingkungan yang Mendukung. Lingkungan rumah yang sehat, termasuk dengan menyediakan camilan sehat dan mengadakan waktu makan bersama keluarga, dapat membentuk kebiasaan makan yang baik pada anak. Sekolah juga perlu mendukung dengan menyediakan makanan bergizi di kantin serta mengadakan kegiatan fisik yang rutin.
  5. Pendidikan Tentang Pola Hidup Sehat. Ajarkan anak tentang pentingnya pola hidup sehat sejak dini. Mereka perlu memahami hubungan antara makanan, aktivitas fisik, dan kesehatan tubuh. Dengan pengetahuan ini, anak-anak lebih mungkin untuk membuat pilihan yang baik terkait kesehatan mereka.
Tentu mengajak dan mengajarkan anak-anak untuk konsisten melakukan upaya pencegahan dampak dari masalah obesitas bukanlah hal yang mudah, anak-anak butuh role model agar pencegahan bisa berjalan optimal, yang tentu saja dari orangtuanya sendiri. Selain menjadi role model pentingnya menjalankan pola hidup sehat dengan menerapkan pola makan sehat dan teratur, orangtua bisa melibatkan anak dalam proses mempersiapkan menu makanan sehat. Ajak juga anak-anak secara teratur melakukan aktivitas fisik yang sehat, seperti olahraga bersama. Keterlibatan orangtua dalam upaya pencegahan obesitas pada anak sangat penting, agar anak bisa konsisten menjalankan pola hidup sehat.

Orangtua dan lingkungan terdekat anak harus menyadari bahwa pencegahan obesitas pada anak adalah investasi untuk masa depan yang lebih sehat. Dengan dukungan dan perhatian dari semua pihak, tentu tidak hanya membantu anak terbebas dari masalah obesitas tapi juga dapat membantu anak-anak tubuh sehat dan bahagia. 

Untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap dan terpercaya mengenai obesitas pada anak, orang tua dapat berkonsultasi dengan dokter anak, ahli gizi, atau mengunjungi website resmi dari organisasi kesehatan seperti Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Selain itu, banyak buku dan artikel ilmiah yang membahas topik ini secara mendalam. Tidak hanya di Indonesia tapi juga di berbagai belahan dunia secara konsisten menyelenggarakan berbagai seminar atau kongres kesehatan rutin untuk membahas masalah obesitas anak ini, dan hasil pertemuan ini juga bisa diakses untuk melengkapi informasi seputar obesitas anak.

Disclaimer: Artikel ini hanya bersifat informatif dan tidak dapat menggantikan saran medis. Konsultasikanlah dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.

Mutia Erlisa Karamoy
Mutia Erlisa Karamoy Mom of 3 | Lifestyle Blogger | Web Content Writer | Digital Technology Enthusiast | Another Blog seputarbunda.com | Contact: elisakaramoy30@gmail.com

Posting Komentar untuk "Memahami Obesitas Anak: Penyebab, Dampak, dan Pencegahan"