Masih terjebak dalam stigma terhadap penyakit Kusta? Jangan dong, karena penderita Kusta dan Orang yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK) sama seperti anggota masyarakat lainnya, yang ingin meningkatkan kualitas hidupnya agar bisa berdaya baik untuk dirinya sendiri, keluarga, dan juga lingkungannya. Meskipun dengan pengobatan yang teratur, penderita Kusta bisa sembuh namun kehadiran OYPMK ditengah masyarakat masih menjadi momok yang menakutkan, terutama untuk masyarakat yang masih tinggal di kawasan pedesaan. Kondisi ini tidak jarang mempengaruhi kesehatan mental para OYPMK, yang berujung semakin menurunkan kualitas hidup.
Meskipun awalnya ditentang keluarga besar, bahkan oleh suaminya sendiri, Ratna Indah Kurniawati tidak pernah patah semangat untuk terus membantu membangkitkan semangat hidup para penderita Kusta dan OYPMK agar bisa menata hidupnya kembali serta meningkatkan kualitas hidupnya. Sosok inspiratif dan berhati mulia ini adalah salah satu perawat di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Kecamatan Grati, Pasuruan, Jawa Timur.
Dalam suatu kesempatan wawancara dengan media lokal, Ibu Ratna menuturkan bahwa suaminya dahulu pernah sangat tidak suka dan merasa khawatir dengan kunjungan salah satu pasien, yang kemudian diakui Ibu Ratna adalah penderita Kusta. Sama seperti sebagian masyarakat pada umumnya, Bapak Miftahul Ulum yang merupakan suami dari Ibu Ratna merasa keberatan dan khawatir berlebihan, karena bagi sebagian orang penyakit Kusta adalah penyakit yang mudah menular, padahal tidak demikian. Meskipun Kusta adalah penyakit menular namun tidak mudah menular.
Segera setelah tamu tersebut pulang, Bapak Miftahul Ulum membuang gelas yang dipakai minum tamu penderita Kusta tersebut. Tidak hanya itu, kursi yang digunakan untuk duduk pun langsung dijemur, langsung menegur istrinya agar tidak lagi menerima penderita Kusta datang bertamu ke rumah. Meskipun tahu pemahaman suami dan juga masyarakat lainnya tentang penyakit Kusta tidak benar, namun Ibu Ratna memilih menjelaskan tentang penyakit Kusta secara perlahan. Yah...terkadang stigma muncul dari ketidaktahuan dan pemahaman yang salah.
Perjalanan Inspiratif Ratna Indah Kurniawati Hadapi Stigma Masyarakat Tentang Kusta dan Penderitanya
Seperti beberapa daerah lainnya di Indonesia, Kabupaten Pasuruan belum sepenuhnya bebas dari penyakit Kusta. Meskipun angka penderita Kusta setiap tahun terus menurun, namun bukan berarti bebas dari Kusta. Tercatat hingga akhir tahun 2020 terdapat 102 kasus Kusta di kabupaten Pasuruan. Angka tersebut terus menyusut dari 157 kasus Kusta pada tahun 2019. Dengan demikian, Prevalensi Kusta di Kabupaten Pasuruan hanya 0,62 per 10 ribu penduduk.
Lalu, apakah menurunnya jumlah kasus Kusta di masyarakat juga berbanding lurus dengan menurunkan stigma tentang penderita Kusta, ternyata belum karena masih banyak masyarakat yang beranggapan Kusta adalah penyakit mudah menular yang harus dijauhi, tidak hanya penyakitnya tapi juga penderitanya, sehingga orang yang sudah dinyatakan sembuh pun tetap mendapat stigma dan dijauhi oleh masyarakat, sehingga berimbas pada menurunnya kualitas hidup Orang yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK).
Kondisi inilah yang membuat Ratna Indah Kurniawati merasa terpanggil dan ikut berperan aktif melakukan berbagai cara agar bisa menghapus stigma tentang Kusta di masyarakat, khususnya di Grati, Pasuruan yang juga merupakan wilayah kerjanya sebagai tenaga kesehatan di Puskesmas Grati. Ratna tidak hanya memberikan bantuan pengobatan dan memberikan edukasi pengetahuan kesehatan pada penderita Kusta, tapi juga tidak pernah berhenti melakukan pendekatan serta memberikan perhatian sosial kepada para penderita Kusta yang kerap dikucilkan masyarakat sekitarnya.
Ketika menjadi narasumber di salah satu stasiun televisi swasta, Ratna Indah Kurniawati yang lahir pada 23 April 1980 dan memiliki dua buah hati ini menuturkan bahwa penyakit Kusta bukanlah hal baru bagi dirinya, bahkan Ratna lahir dan dibesarkan di daerah yang masih terbilang endemis penyakit Kusta, sehingga dari tahun ke tahun penderita Kusta akan selalu ada meskipun jumlahnya mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
|
Sumber Foto: wartabromo.com |
Pengabdian Ratna untuk penyakit Kusta bermula pada tahun 2008, di mana Ratna diangkat menjadi Ketua KPD (Kelompok Perawatan Diri) "Sehat Bersama" di Puskesmas Grati, Pasuruan. Total anggota KPD Sehat Bersama adalah 25 orang, yang secara rutin menggelar pertemuan berpindah-pindah di balai desa di mana desa tersebut masuk dalam endemis Kusta dan berada dalam wilayah kerja Puskesmas Grati, antara lain di Desa Rebalas, Karanglo, Triwung, dan Kalipang.
Di masa-masa awal perjuangannya, Ratna rela mendatangi satu persatu rumah penduduk yang anggota keluarganya terkena penyakit Kusta. Perjuangannya untuk membantu penderita Kusta agar tidak hanya mendapatkan pengobatan tapi juga kembali aktif di tengah pergaulan masyarakat bukan tanpa tantangan, karena sebagian besar masyarakat termasuk perangkat desa masih antipati terhadap penderita Kusta. Setiap kali pertemuan, selain memberikan edukasi kesehatan, Ratna juga mengajari penderita Kusta membersihkan lukanya secara mandiri dengan cara yang benar.
Masyarakat masih menganggap penyakit Kusta ini sangat berbahaya dan menular, meskipun kenyataannya penyakit ini dapat disembuhkan dan Orang yang Pernah Mengalami Kusta dipastikan sudah sembuh serta tidak akan menularkan penyakit ini pada orang lain, karena sekali lagi "Kusta adalah penyakit menular yang tidak mudah menular atau sangat sulit menular."
Tidak hanya mengalami penolakan dari masyarakat, para penderita Kusta pun awalnya enggan untuk membuka diri dengan berbagai alasan, entah itu muncul rasa malu, rendah diri, perasaan tidak berguna, dan hal tersebut berlangsung cukup lama. Hingga akhirnya satu persatu Orang yang Pernah Mengalami Kusta mulai membuka diri setelah melihat salah satu dari mereka mulai kembali aktif bersosialisasi di masyarakat dan perlahan masyarakat pun sudah mulai menerima.
Bagaimana cara Ratna perlahan namun pasti mengurangi stigma tentang Kusta di masyarakat khususnya di wilayah kerjanya di Kecamatan Grati, Pasuruan? Ratna menuturkan, ada cara yang cukup efektif baginya untuk mengurangi stigma masyarakat terhadap penyakit Kusta, yaitu lewat pengajian dan pertemuan antar warga masyarakat. Di mana setiap kali ada pertemuan, sebisa mungkin Ratna menyelipkan edukasi dan informasi yang benar tentang Kusta.
Bila ada pertemuan KPD, Ratna dan kelompok kerjanya makan bersama penderita Kusta, sehingga perlahan namun pasti setelah cara itu kosisten dilakukan terus-menerus, masyarakat mulai mengubah mindsetnya dan percaya bahwa setelah diobati, Orang yang Pernah Mengalami Kusta bisa sembuh total tanpa risiko menularkan. Cara-cara inilah yang akhirnya mulai mengangkat derajat Orang yang Pernah Mengalami Kusta agar bisa hidup bermasyarakat kembali.
|
Sumber foto: nasional.tempo.co |
Tidak ada seorang pun yang menyangka kalau akhirnya Ratna Indah Kurniwati, seorang tenaga kesehatan di Puskesmas Grati, Pasuruan berhasil sedikit demi sedikit mengurangi stigma masyarakat tentang penyakit Kusta, terutama bagi penderitanya. Bahkan, dalam suatu sesi live streaming yang diselenggarakan salah satu Kantor Berita Radio diceritakan bagaimana beratnya perjalanan Ratna mengobati pasiennya yang menderita Kusta cukup parah, yaitu Bapak Somat yang berusia 65 tahun.
Saat datang berobat, kondisi pasien Kusta Bapak Somat sudah cukup parah, di mana kaki dan tangannya penuh borok hingga membusuk hingga akhirnya melumpuhkan syaraf-syaraf di kakinya. Untuk memindahkan tubuhnya dari satu tempat ke tempat lain, Bapak Somat harus berjalan ngesot. Kondisi ini tidak hanya membuat masyarakat takut dan menjauhinya, istri dan anak-anaknya pun takut tertular sehingga mereka sepakat mengisolasi Bapak Somat di rumahnya agar tidak berinteraksi dengan siapapun, termasuk keluarga.
Setelah Ratna mengetahui kondisi tersebut, sempat menawarkan pada keluarga agar Bapak Somat di rawat di Rumah Sakit Kusta, Mojokerto. Awalnya keluarga sempat setuju, tapi karena tidak ada satu pun anak-anaknya yang mau menunggui di rumah sakit, akhirnya rencana pengobatan tersebut gagal dan hingga akhir hayatnya, Bapak Somat tidak pernah merasakan kehangatan keluarga dan berkumpul dengan anak-anaknya karena sampai ajal menjemput, Bapak Somat berada sendirian di gubuk yang menjadi tempat isolasinya.
Kenyataan memiriskan ini membuat Ratna makin bersemangat membantu para penderita Kusta yang berada di wilayah kerjanya di Puskesmas Grati, Pasuruan. Ada sembilan desa yang masuk wilayah Puskesmas Grati, dan penderita Kusta terbanyak ada di desa Plososari, Grati. Faktor utama yang menjadi penyebab seseorang terjangkit penyakit Kusta diantaranya adalah kondisi lingkungan, gizi, dan pola hidup. Inilah yang membuat banyak penderita Kusta berasal dari ekonomi menengah ke bawah.
Sebenarnya, apa itu penyakit Kusta? Bagi yang belum memahaminya, Kusta atau Lepra adalah gangguan pada kulit akibat infeksi bakteri kronis. Kusta disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium Leprae, di mana bakteri ini dapat menular dari satu orang ke orang lainnya melalui percikan cairan dari saluran pernapasan (droplet), yaitu ludah dan dahak, yang keluar saat batuk atau bersin.
Meskipun menular, bakteri ini membutuhkan waktu lama untuk berkembang biak di dalam tubuh penderita, jadi Kusta tidak dapat menular pada orang lain dengan mudah kecuali orang tersebut terkena percikan droplet dari penderita Kusta secara terus-menerus dalam waktu lama. Sejak tahun 2008, tidak kurang dari 400 penderita Kusta dari 9 desa di Grati sudah disembuhkan bahkan diberdayakan oleh Ratna Indah Kurniawati agar bisa meningkatkan kualitas hidupnya kembali, bebas tanpa stigma.
Merajut Asa Wujudkan Mimpi Berdaya Orang yang Pernah Mengalami Kusta
Usaha Ratna Indah Kurniawati untuk mengurangi beban stigma pada Orang yang Pernah Mengalami Kusta perlahan namun pasti mulai menunjukkan titik terang, di mana masyarakat khususnya di Grati, Pasuruan sudah tidak lagi menujukkan sikap antipati. Hal ini tidak terlepas dari upaya yang dilakukan Ratna untuk melakukan pendekatan sekaligus memberikan edukasi kesehatan agar wawasan masyarakat tentang penyakit Kusta makin terbuka.
Meskipun masih ditemukan penderita Kusta baru setiap bulannya, namun angkanya semakin lama makin mengecil karena kesadaran penderita Kusta untuk mendapatkan pengobatan dini makin tinggi. Layaknya penyakit lainnya, semakin cepat diobati maka progress kesembuhan juga makin cepat sehingga meminimalkan risiko penularan Kusta pada orang lain.
Ratna Indah Kurniawati tidak hanya memberikan perhatian lebih, melakukan beragam cara pendekatan sosial pada penderita Kusta dan masyarakat agar tidak lagi memberikan label atau stigma, rutin memberikan pengobatan dan edukasi kesehatan tapi juga membimbing serta mendorong Orang yang Pernah Mengalami Kusta agar bisa menjalani hidup lebih mandiri dan mampu berdaya. Caranya? Dengan membekali berbagai pelatihan yang berpotensi membuka peluang ekonomi.
Ratna berpikir, Orang yang Pernah Mengalami Kusta pun harus berdaya dan bisa mandiri mendapatkan penghasilan dari usahanya sendiri. Sejak menjadi altruis bagi penderita Kusta, dan menangani hampir 400 pasien Kusta tidak kurang dari 50 Orang yang Pernah Mengalami Kusta telah diberdayakan.
|
Sumber foto: nasional.tempo.co |
Untuk Orang yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK) laki-laki diberikan pelatihan ternak jangkrik, sedangkan untuk perempuan dibekali keterampilan menyulam dan menjahit. harapannya agar dengan keahlian ini, akan ada peningkatan kualitas hidup karena mereka sudah bisa mendapatkan penghasilan sendiri. Lantas, masih adakah tantangan untuk sosok inspiratif Ratna Indah Kurniawati?
Tentu saja tantangan akan selalu ada, karena seiring bertambahnya kesibukan Ratna bersama KPD-nya, waktu untuk keluarga pun otomatis berkurang. Bahkan, hari minggu yang seharusnya dihabiskan Ratna bersama keluarga pun ikut tergerus karena harus turun tangan langsung mengajarkan keterampilan menyulam yang memang membutuhkan waktu untuk dikuasai.
Syukurlah, sang suami, Bapak Miftahul Ulum sudah bisa memahami bahkan ikut andil dalam program pelatihan yang digagas istrinya. Seringkali dalam suatu kesempatan Ratna kerap bertukar pikiran dan berdiskusi dengan suaminya tentang program pemberdayaan yang dilakukannya untuk penderita Kusta.
Bahkan, menurut penuturan Ratna, suaminya yang menyarankan untuk berbudidaya jangkrik, alasannya karena budidaya jangkrik lebih mudah dan jangkauan pasarnya juga luas. Hal itu terbukti dengan tingkat penjualan jangkrik hasil budidaya yang cepat dan pemasarannya juga mudah. Bagaimana dengan dua anaknya? Oh iya, dari pernikahan dengan Bapak Miftahul Ulun, sosok inspiratif Ratna Indah Kurniawati dikaruniai dua buah hati, laki-laki dan perempuan.
Layaknya anak-anak lainnya pasti pernah protes dengan kesibukan orangtuanya yang kadang menghabiskan lebih banyak waktu mengurusi pekerjaan, tapi konsistensi Ratna memberikan pengertian dan wawasan kepada anak-anaknya membuat mereka akhirnya bisa memahami pekerjaan yang dilakukan orangtua terutama ibunya, bahkan dalam suatu kesempatan kedua buah hati Ratna ini menceritakan rasa bangganya atas perjuangan yang dilakukan ibunya untuk membantu Orang yang Pernah Mengalami Kusta bangkit dan bersemangat kembali menata hidupnya.
Usaha tidak kenal menyerah ini akhirnya berbuah manis dengan banyaknya bantuan yang diberikan, baik dari dalam maupun luar negeri, seperti dari Thailand, Jawa Barat, bahkan hingga ke Papua. Bantuan ini sangat berarti karena program pelatihan kini makin diperluas hingga Orang yang Pernah Mengalami Kusta bisa mendapatkan beragam pelatihan, seperti ternak kambing, ternak ayam, dan lainnya.
Amat, salah satu Orang yang Pernah Mengalami Kusta kini bisa tersenyum lega karena sudah memiliki usaha sendiri, yaitu beternak jangkrik. Dalam satu bulan, Amat bisa memanen hingga 26 kilogram jangkrik dengan harga perkilonya antara Rp. 20.000 sampai Rp. 30.000, sungguh lumayan kan keuntungannya. Selain Amat, ada sosok lain yang juga kini mulai mandiri secara ekonomi, yaitu Alfian yang menurut cerita Ratna pada salah satu media lokal memiliki sejumlah pom bensin mini di beberapa tempat.
|
Sumber foto: satu-indonesia.com |
Lihatlah! Orang yang Pernah Mengalami Kusta pun bisa kok mewujudkan mimpi untuk berdaya, mandiri, dan bisa mendapatkan penghasilan sendiri sehingga kualitas hidupnya makin meningkat. Kedepannya, Ratna Indah Kurniawati berharap agar penderita Kusta di mana pun berada selalu memiliki semangat untuk mandiri, berkarya, dan berdaya. Satu lagi! Penyakit Kusta bisa kok di cegah dan disembuhkan, meskipun terkadang menyebabkan kecacatan namun selama mendapatkan pengobatan dengan benar maka Kusta akan sembuh total dan tidak lagi menular.
Sedangkan untuk masyarakat Indonesia, Ratna Indah Kurniawati berharap semoga tidak ada lagi stigma dan perlakuan diskriminatif, karena Orang yang Pernah Mengalami Kusta pun berhak mendapatkan kehidupan lebih baik dan mandiri dalam finansial demi meningkatkan kualitas hidupnya serta menjadi lebih berdaya.
Keberhasilan Ratna Indah Kurniawati dalam program pemberdayaan penderita Kusta dan Orang yang Pernah Mengalami Kusta ini disambut sangat baik, bahkan dijadikan program percontohan di berbagai daerah.
Sekitar 23 orang, yang terdiri dari 13 orang asal Jawa Timur dan 10 orang dari Jawa Tengah mengikuti pelatihan fasilisator Kusta di Prigen, Pasuruan. Para peserta dilatih untuk mendirikan KPD di daerah masing-masing dengan mengadopsi pola pembinaan yang telah dilakukan Ratna Indah Kurniawati di daerahnya Grati, Pasuruan, Jawa Timur.
Referensi:
https://nasional.tempo.co/read/1116352/ratna-mematahkan-anggapan-kutukan-pada-para-penderita-kusta
https://www.wartabromo.com/2020/01/29/ratna-indah-kurniawati-berjuang-melawan-stigma-kusta/2/
https://www.terakota.id/asa-bagi-penderita-kusta/
21 komentar untuk "Merajut Asa Wujudkan Mimpi Berdaya Orang yang Pernah Mengalami Kusta"
Memang hingga saat ini, kehadiran OYPMK ditengah masyarakat masih menjadi momok yang menakutkan, dan jelas sekali mempengaruhi kesehatan mental para OYPMK, yang berujung semakin menurunkan kualitas hidup.
Luar biasa kisah perjuangan bu Ratna Indah Kurniawati, semoga bisa menjadi inspirasi bagi tenaga kesehatan diwilayah lainnya
Ssmoga makin banyak Mba Ratna-Nba Ratna lainnya yang mengabdikan diri untuk menghalus stigama buruk tentang kusta dan berjuang membantu pasien kusta untuk sembuh.
Semoga saja tumbuh lagi Mba Ratna yang lain yang peduli dan menghapus stigma tentang kusta.