"Rujak itu ternyata pedas! Minum! Sarah perlu minum!"Kata Reta, penghilang pedas itu garam, air hangat, atau susu. Guru lesnya yang memberi tahu.
Benar juga, panas di mulut Sarah langung reda. Wah, hebat juga guru les Reta.
Hari ini, saya dan Aisha mencoba mempraktekan membacakan nyaring untuk cerita yang saya unduh dari website Let's Read yang berjudul "Ibu Guru Hebat" karya dari penulis cerita anak favorit saya, mbak Nurhayati Pujiastuti. Buku cerita anak yang saya unduh dan bacakan nyaring untuk Aisha ini menceritakan tentang Sarah yang berlibur ke rumah Reta, dan Sarah tak menyangka sepupunya itu tahu banyak hal, dari sains, berhitung cepat, sampai Bahasa Inggris. Guru Reta pasti istimewa. Siapakah ia?
Meskipun sejak kecil Aisha, putri saya sudah kenal dengan aktivitas mendongeng karena memang saya suka sekali mendongeng beragam cerita terutama yang bertema petualangan. Namun belum pernah satu kali pun saya mencoba melakukan aktivitas membacakan nyaring untuk Aisha, bahkan saya baru tahu jika membacakan nyaring memiliki banyak manfaat positif untuk dukung tumbuh kembang anak, terutama untuk memperkenalkan anak dengan buku sebagai media belajar.
Sudah bukan rahasia lagi jika tingkat literasi masyarakat Indonesia masih tergolong rendah, bahkan menurut data UNESCO tahun 2012, angka minat baca anak Indonesia hanya 0,001 persen yang artinya dari 1000 anak hanya ada 1 anak yang memiliki minat baca serius. Hal ini diperkuat dengan fakta yang didukung Survei tiga tahunan Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai minat membaca dan menonton anak-anak Indonesia. Dalam survei tersebut, ternyata hanya 17,66 % anak-anak Indonesia yang memiliki minat baca. Sementara, yang memiliki minat menonton mencapai 91,67%.
Dengan angka minat baca dikalangan anak-anak yang tergolong sangat rendah, kira-kira apa saja sih yang menjadi penyebabnya? Berikut ini akan dijelaskan penyebab minat baca anak-anak Indonesia makin rendah.
- Sulitnya akses untuk mendapatkan buku. Harus diakui tidak semua anak-anak memiliki akses yang luas untuk mendapatkan buku berkualitas sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan membaca anak-anak. Padahal dalam diri anak terkadang ada rasa tertarik untuk mengenal buku lebih dekat, namun akses buku yang didapat terkadang tidak sesuai harapan dan tidak mampu menarik minat baca anak, sehingga minat baca anak-anak Indonesia dari tahun ke tahun tidak juga mengalami peningkatan.
- Kehadiran beragam perangkat teknologi di sekitar anak-anak, dengan tampilan visual yang sangat memanjakan anak-anak membuat perhatian dan minat terhadap buku makin berkurang. Ditambah lagi membaca buku kini dianggap aktivitas yang kuno, serius, dan membosankan. Tidak heran jika minat anak-anak untuk mengakses beragam hiburan melalui perangkat teknologi yang dimilikinya makin tinggi. Apalagi tampilan tontonan anak-anak umumnya sangat mahir memadukan kemasan acara, tampilan visual, dan suara, membuat minat baca makin menurun.
Lantas, bagaimana menumbuhkan minat baca anak-anak untuk jangka panjang? Ada dua solusinya, yaitu:
- Peran aktif orangtua untuk mengajak anak-anak mencintai dan suka membaca buku,
- Memanfaatkan kemajuan teknologi untuk memudahkan anak-anak Indonesia mengakses beragam buku sesuai minat, klasifikasi umur, dan tentu saja sesuai kemampuan baca anak.
Meskipun saya sudah mengetahui solusi untuk menumbuhkan minat baca pada anak, terutama untuk Aisha. Namun untuk mempraktekannya bukanlah hal yang mudah. Untuk itu, saya antusias sekali ketika diundang Let's Read Indonesia dan Komunitas Blogger Perempuan untuk hadir secara virtual melalui webinar dalam acara Online Gathering Blogger Perempuan dan Let's Read bertema "Buku, Bekal Anak Bertumbuh" selasa, tanggal 11 Mei 2021 lalu.
Mengapa sejak dini anak harus dikenalkan dengan buku? Mengapa menuntun anak agar memiliki minat baca menjadi suatu hal yang sangat penting? Jawaban dari semua pertanyaan itu menurut saya hanya satu, karena buku adalah bekal anak bertumbuh. Nah...agar anak memiliki minat untuk membaca buku tentu harus distimulasi dong dan salah satu cara untuk menstimulasi anak agar tertarik dengan buku adalah mengenalkan buku cerita bergambar, seperti yang dilakukan Let's Read melalui beragam buku koleksinya. Wah...saya jadi makin tertarik nih untuk tahu lebih jauh tentang Let's Read, terutama Let's Read Indonesia dan bagaimana tips menjadikan buku sebagai bekal anak bertumbuh.
Dalam acara Online Gathering Blogger Perempuan dan Let's Read yang bertemakan "Buku, Bekal Anak Bertumbuh," menghadirkan dua narasumber, yaitu:
- Elsa Agustin, Social Media Content Development The Asia Foundation,
- Roosie Setiawan, Founder Reading Bugs yang merupakan Komunitas Read Aloud Indonesia.
Untuk sesi pertama acara online gathering ini, saya dan juga teman-teman lainnya diajak untuk mengenal lebih jauh tentang The Asia Foundation dan Let's Read bersama Mbak Elsa Agustin. Saya baru tahu nih, ternyata The Asia Foundation sudah ada di Indonesia sejak tahun 1955 di mana salah satu program pertamanya adalah Books For Asia (BFA). Sampai saat ini jumlah buku yang didonasikan di Indonesia lebih dari 3,5 juta eksemplar. Pada tahun 2017, mulai diperkenalkan Let's Read, perpustakaan digital cerita anak.
Setelah mendengar penjelasan mbak Elsa tentang Let's Read, saya jadi tahu bahwa Let's Read adalah perpustakaan digital yang memiliki koleksi beragam cerita bergambar dalam bentuk digital yang ditujukan untuk membangkitkan minat baca anak usia PAUD dan SD kelas rendah. Uniknya, buku cerita bergambar yang di akses melalui Let's Read telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa, bahkan ada buku cerita bergambar yang telah diterjemahkan ke beberapa bahasa daerah yang ada di Indonesia lho seperti Bahasa Sunda, Bali, Batak Toba, serta Bahasa Jawa...keren kan!
Buku cerita bergambar yang menjadi koleksi perpustakaan digital Let's Read dapat di akses secara gratis serta dapat diunduh dan dicetak. Untuk mengaksesnya cukup mudah, selain melalui website, bisa juga dengan mengunduh aplikasi Let's Read melalui Google Play atau Play Store dan sementara ini hanya tersedia untuk smartphone yang berbasis Android. Let's Read membolehkan pengaksesnya untuk mengunduh dan mencetak semua buku koleksi perpustakaan digital, namun khusus untuk merekam kegiatan membacakan nyaring harus dengan menyebutkan atribusi. Membacakan nyaring? Apa itu?
Kemudian berlanjut ke narasumber berikutnya, bersama Ibu Roosie Setiawan di mana beliau adalah aktivis
Read Aloud dan Founder Komunitas Reading Bugs Indonesia. Terus terang, mendengarkan penuturan dan cerita Bu Roosie membuka mata dan wawasan baru untuk saya, bagaimana membuat aktivitas membacakan buku menjadi menyenangkan tidak hanya untuk anak-anak yang mendengarkan cerita namun juga untuk orangtua yang membacakan cerita.
Poin yang membuat saya bersemangat menerapkan read aloud atau membacakan nyaring bersama Aisha adalah:
"Membacakan nyaring merupakan kegiatan sederhana yang tujuan utamanya adalah membangun pengalaman membaca yang menyenangkan dan berkesan terutama untuk anak. Untuk itu, bukan menuntaskan bukunya yang kita kejar, tapi membuat anak menikmati proses membaca lebih penting. Harapannya, agar nantinya anak mau membaca, bisa membaca, dan gemar membaca."
Di usia Bu Roosie yang sekarang, saya sangat salut karena beliau masih bersemangat menebarkan ajakan yang sangat positif bagi orangtua. Hal ini yang kemudian membuat saya ikut bersemangat bahwa tidak ada kata terlambat untuk memulainya meskipun Aisha sudah duduk di kelas 4 SD. Berikut beberapa poin-poin yang saya catat setelah mendengarkan penuturan Bu Roosie, semoga semangat untuk meraih manfaat dari membacakan nyaring bisa menggugah hati orangtua ya...
Apakah Read Aloud atau Membacakan Nyaring Itu?
Dari yang saya tangkap, membacakan nyaring atau Read Aloud adalah aktivitas membacakan cerita dengan suara nyaring namun enak didengar disertai juga pelafalan dan intonasi yang tepat, bertujuan menggugah rasa tertarik anak-anak terhadap buku yang dibacakan.
Jadi dalam aktivitas membacakan nyaring, ada 3 komponen yang harus ada, yaitu buku cerita, anak yang mendengarkan cerita, dan ibu/ayah/orang dewasa yang membacakan cerita. Untuk mendukung aktivitas membacakan buku cerita menjadi suatu hal yang menyenangkan, Let's Read menyediakan beragam koleksi buku cerita bergambar dengan banyak bahasa agar wawasan anak makin bertambah luas.
Apa Saja Sih Manfaat Membacakan Nyaring?
Setelah mengikuti webinar ini, saya jadi tahu banyak sekali manfaat yang akan didapatkan orangtua jika mempraktekan metode membacakan nyaring untuk anak-anak. Bahkan kita tidak perlu khawatir anak tidak bisa membaca karena hanya dengan mendengarkan saja jika dilakukan berulang-ulang dan rutin bisa membantu anak belajar bertahap mengenali huruf. Selain itu, masih banyak manfaat lainnya lho, seperti:
- Membangun banyak keterampilan dasar anak,
- Memperkenalkan kosakata,
- Memberikan model membaca yang lancar dan ekspresif,
- Membantu anak-anak mengenali apa itu membaca untuk kesenangan,
- Melatih kemampuan untuk mendengar,
- Melatih rentang perhatian dan mengingat,
- Memperkenalkan gambar dan ilustrasi,
- Mengajarkan kata-kata yang jarang dipergunakan sehari-hari,
- Merangsang imajinasi anak,
- Mengajak anak mengenal buku sebagai media belajar.
Membacakan Nyaring dan Hubungannya Dengan Kemampuan Literasi Usia Dini
Agar anak memiliki kemampuan literasi usia dini, ada poin-poin penting yang harus dikuasai, yaitu:
1. Berbahasa Lisan atau Bertutur.
Anak harus memiliki kemampuan menggunakan bahasa lisan yang merupakan pondasi untuk membentuk kecakapan literasi pada anak, terutama untuk jenjang prabaca dan pembaca dini. Anak juga perlu mengembangkan kemampuan untuk berkomunikasi dengan bahasa lisan. Saat anak-anak mulai berbicara dan membangun kalimat, mereka belajar mengenali suara dan pola dalam bahasa lisan.
2. Kosakata.
Penting untuk diketahui, kosakata atau perbendaharaan kata anak ditunjukkan oleh penguasaan anak terhadap nama-nama benda, perbuatan, emosi, dan konsep sederhana disekitar mereka. Seorang anak yang memiliki kosakata yang kaya akan mudah memahami materi bacaan. Kebiasaan membaca akan memperkenalkan anak dengan beragam kosakata baru.
3. Minat Terhadap Materi Cetak.
Minat anak terhadap materi cetak dapat terlihat apabila anak menunjukkan ketertarikan terhadap buku. Untuk mengembangkan minat ini, anak perlu dibiasakan melihat dan mengeksplorasi materi cetak, baik dalam bentuk buku, poster, maupun media lainnya. Anak yang tumbuh dikelilingi buku akan mengembangkan ketertarikan pada materi di dalam buku tersebut.
4. Pengetahuan Huruf.
Pengetahuan huruf tidak hanya mencakup kemampuan untuk mengindentifikasi huruf, tetapi juga kesadaran bahwa huruf tersebut mewakili bunyi serta memiliki bentuk dan bunyi yang berbeda satu sama lain. Ketertarikan anak terhadap huruf dapat ditumbuhkan melalui kegiatan yang menyenangkan baginya, misalnya bernyanyi dan bermain.
5. Kesadaran Fonologis.
Pengetahuan bahwa kata-kata terdiri atas satuan bunyi terkecil berwujud huruf. Ketika anak diperkenalkan pada huruf, anak perlu diajak untuk mengenali bahwa bunyi huruf dapat membentuk kata-kata dimana huruf merupakan lambang satuan bunyi yang terkecil. Kesadaran fonologis memiliki fungsi menjadi dasar untuk anak belajar membaca.
6. Kesadaran Terhadap Materi Cetak.
Kesadaran ini terlihat pada cara anak memperlakukan bacaan (menelusuri bacaan dengan pandangannya, dari kiri ke kanan, dan dari atas ke bawah. Anak yang terbiasa melihat orang dewasa disekitarnya membaca buku akan memahami bahwa bacaan memuat materi yang memiliki atau menyampaikan makna tertentu.
7. Memiliki Pengetahuan Latar.
Maksudnya adalah pemahaman anak tentang dunia atau lingkungan disekitarnya. Anak yang sering diajak berkomunikasi akan mengembangkan kemampuan untuk menyampaikan pemahamannya melalui percakapan dan interaksi dengan orang-orang yang ada disekitarnya.
Selain penguasaan terhadap kemampuan diatas, Read Aloud atau membacakan nyaring menjadi jembatan 3 kompetensi berbahasa anak, yaitu berbicara, membaca, dan menulis. Namun tentu saja ada hal-hal penting yang harus diketahui saat membacakan nyaring, yaitu:
- Intonasi dan Irama, karena akan membuat materi bacaan mudah dipahami anak, selain tentunya bisa membantu meningkatkan konsentrasi atau daya menyimak si anak hingga akhirnya anak memiliki minat terhadap bacaan yang sedang dibacakan ibu atau ayah atau orang dewasa disekitarnya.
- Interaksi, di mana anak akan meningkat kepercayaan dirinya, merasa nyaman, dan tentu saja hasil akhirnya anak akan termotivasi untuk belajar atau mencari tahu informasi lanjutan dari bacaan yang didengarkannya. Proses pembelajaran selanjutnya akan terjadi secara lebih otentik, menyenangkan, terdiferensiasi, dan natural.
Penting untuk diketahui orangtua, bahwa ada beberapa tahapan dalam membaca, yaitu pramembaca (usia 0-3 tahun), membaca dini (usia 3-6 tahun), membaca awal (usia 6-9 tahun), membaca lancar (usia 9-12 tahun), membaca lanjut (usia 12-15 tahun), membaca mahir (15-18 tahun), dan membaca kritis (usia 18 tahun ke atas). Dengan mengetahui pembagian jenjang membaca, maka akan lebih mudah memilih format buku sesuai dengan usia pembaca dan tujuan membacakan nyaring lebih mudah dicapai.
Tahapan Read Aloud atau Membacakan Nyaring
Pemilihan buku cerita bergambar untuk aktivitas membacakan nyaring pada anak tentu bukanlah hal yang mudah. Namun jika berpedoman pada tahapan membaca anak sesuai jenjang usia, tentu akan lebih mudah memiliki bacaan yang sesuai dan tentunya diminati oleh anak. Menurut Bu Roosie, buku yang bagus untuk dibacakan pada anak umumnya tidak berisi terlalu banyak kalimat, terdapat ilustrasi yang membuat tampilan tiap halaman buku cerita lebih menarik, terdapat pengulangan kata-kata tertentu yang bernilai positif, dan tentu saja akan membuat daya imajinasi anak berkembang.
Nah...agar aktivitas membacakan nyaring makin optimal, yuk simak tahapan-tahapannya.
1. Sebelum Membacakan Nyaring.
- Mulailah dengan percakapan pembuka,
- Tunjukkan sampul buku atau bacaan yang akan dibacakan dan sebutkan gambaran singkat cerita untuk melatih anak melakukan prediksi,
- Sebut judulnya, sebut pengarangnya, dan ilustratornya,
- Gali pengetahuan latar atau pengetahuan umum anak-anak,
- Mulai menyusuri ilustrasi yang terdapat dalam buku bacaan,
- Buat membaca semenarik mungkin, karena itu sebelum membacakan nyaring sebaiknya orangtua membaca dengan tuntas buku yang akan dibacakan pada anak terlebih dahulu.
2. Saat Membacakan Nyaring.
- Bantu anak-anak untuk mendengar dan merasakan adanya cerita yang mengalir. Bacakan dengan intonasi suara yang dapat didengar anak dengan jelas dan tidak terlalu cepat,
- Ajak anak terlibat dan jaga interaksi dengan anak-anak,
- Bangun dialog misalnya dengan mengajukan pertanyaan kecil untuk melihat respon anak saat aktivitas sedang berlangsung,
- Ajak anak mengungkapkan secara lisan apa yang didengar atau dibacakan dan apa yang dipikirkan anak saat mendengarkan cerita tersebut.
3. Setelah Membacakan Nyaring.
- Minta anak-anak mengajukan pertanyaan,
- Ajukan pertanyaan seandainya anak-anak tidak bertanya,
- Minta anak-anak menceritakan kembali dengan kalimatnya sendiri,
- Letakan buku atau materi bacaan ditempat yang mudah dijangkau anak-anak agar anak tertarik untuk melihat materi cetak buku yang dibacakan.
Mari Dukung Let's Read Jadikan Buku, Bekal Anak Bertumbuh
"Buku adalah jendela ilmu, buku adalah jendela dunia," untuk tumbuh kembang anak yang optimal, tidak hanya dibutuhkan nutrisi dalam bentuk makanan yang sehat dengan gizi yang seimbang. Namun juga asupan nutrisi pengetahuan yang bisa didapatkan anak-anak dari buku. Salah satunya adalah buku cerita bergambar seperti yang bisa ditemukan dalam koleksi perpustakaan digital Let's Read.
Dengan ilustrasi atau gambar-gambar yang terdapat dalam buku cerita, yang menarik, anak-anak akan tertarik untuk membaca. Orangtua tidak perlu khawatir karena anak-anak pasti bisa membaca. Selain merangsang anak untuk tertarik mengenali huruf, buku cerita dengan ilustrasi gambar yang menarik bisa membantu mengembangkan daya imajinasi anak, apalagi jika buku cerita tersebut dibacakan dengan metode Read Aloud atau membacakan nyaring seperti yang telah saya bahas pada tulisan di atas.
Buku cerita bergambar sendiri sesungguhnya memiliki fungsi yang sangat penting untuk menjadikan buku sebagai bekal anak bertumbuh, antara lain:
- Buku cerita bergambar dapat membantu anak terhadap pengembangan dan perkembangan emosi si anak itu sendiri, di mana anak akan merasa terfasilitasi dan terbantu untuk memahami serta menerima dirinya dan juga orang disekitarnya. Anak juga bisa mengekspresikan berbagai emosinya, seperti rasa takut, senang, bahagia, dan perasaan lainnya dengan leluasa, hingga anak tumbuh menjadi sosok anak yang tangguh dan percaya diri di masa depan.
- Buku cerita bergambar dapat membantu anak untuk belajar tentang dunia, masyarakat, dan alam disekitarnya. Lewat buku cerita bergambar anak juga dapat belajar tentang kehidupan masyarakat, belajar tentang kondisi alam, flora, dan juga fauna.
- Buku cerita bergambar dapat membantu anak belajar tentang orang lain, hubungan yang terjadi, dan pengembangan perasaan. Hal ini karena ada jenis buku cerita bergambar yang menampilkan kehidupan keluarga lengkap dengan tokoh para tetangga, teman sebaya, pergaulan seperti disekolah atau ditempat lainnya, di mana anak akan belajar bersikap dan bertingkah laku sesuai tuntutan kehidupan sosial budaya masyarakat.
- Buku cerita bergambar dapat membantu anak mendapatkan kesenangan, karena itu orangtua harus memilih jenis buku cerita bergambar yang tepat, sesuai tahapan membaca dan jenjang usia anak tentunya.
- Buku cerita bergambar membantu anak untuk lebih peka dan mampu mengapresiasi keindahan yang ada disekitarnya di mana anak bisa menemukannya dalam bentuk ilustrasi-ilustrasi yang terdapat dalam buku cerita yang dibacakan orangtua.
- Buku cerita bergambar bisa membantu menstimulasi daya imajinasi anak, yang tentunya sangat penting untuk memaksimalkan tumbuh kembang anak.
Begitu banyak dan pentingnya buku sebagai bekal untuk anak bertumbuh membuat saya merasa sangat beruntung mendapatkan undangan untuk hadir dalam acara Online Gathering Blogger Perempuan bersama Let's Read Indonesia. Saya mendapatkan banyak insight baru, tidak hanya seputar metode Read Aloud atau membacakan nyaring yang dijelaskan secara panjang lebar oleh Bu Roosie, aktivitas Read Aloud Indonesia. Namun juga tentang Let's Read yang ternyata memiliki banyak koleksi buku cerita bergambar digital dengan beragam bahasa, yang bisa diakses dan dibaca secara gratis, bahkan bisa diunduh dan di cetak lho, misalnya untuk keperluan posyandu, PAUD, rumah baca anak, dan lain-lain.
Aktivitas Read Aloud yang dilakukan orangtua bersama anak, tentunya dengan pilihan buku cerita bergambar koleksi Let's Read tidak hanya memiliki banyak manfaat tapi juga ada bonusnya lho. Apa bonusnya? Ada dua bonus tambahan yang bisa didapatkan orangtua, pertama bisa mempererat bonding antara orangtua dengan anaknya terutama yang masih berusia dini karena aktivitas ini menjadi semacam Quality Time yang sangat efektif. Sedang yang kedua, orangtua akan dijadikan Reading Role Model oleh anak-anaknya hingga nantinya anak-anak akan memiliki rasa ketertarikan yang besar terhadap buku.
Untuk itu, mari dukung Let's Read jadikan Buku, Bekal Anak Bertumbuh!
22 komentar untuk "Mari Dukung Let's Read Jadikan Buku, Bekal Anak Bertumbuh"
let's read ini sesuai dengan perkembangan generasi Z y
buku digital
let's read ini punya banyak buku dgn ilustrasi menarik dan cerita yg beragam
mrk jadi lebih tertarik dan mudah mengingat isi buku jg klo dibaca keras, trus kan bisa mainkan intonasi dan serasa lebih real cerita yg dibaca
Senang sekali melihat mereka ketagihan minta dibacakan terus. Padahal buku yang sama, hehehe
Bisa jadi salah satu kegiatan belajar menyenangkan pakai dongeng ini.
Memang supaya anak anak betah dengerin dongeng lama kudu pakai metode baca nyaring dan ekspresif
Aku suka banget karena bisa di akses juga di apps iJak.
tapi sekarang sih udah sering baca bareng lagi, bahkan anak yang gede2 juga suka baca bareng gantian
Nah, sekarang orangtua juga harus berperan. Mulai kenalkan anak dengan buku sejak dini. Tentunya dengan cara yang sangat menarik
Harusnya si 6 sesi tapi saya mundur karena harus punya buku anak dengan standar tertentu.
Btw anak-anakku juga suka nih dibacakan dari Let's Read :)