Aksi Konservasi Air Dengan Air Bersih Perpipaan
"Jangan dalam-dalam menggali sumurnya, nanti airnya habis", demikian pesan nenekku jika ada anaknya yang membangun rumah dan sedang membuat sumur. Memang terdengar agak menggelikan karena setiap musim hujan tiba, sumur di rumah kami pada waktu itu nyaris selalu penuh sehingga untuk menimbanya (dahulu pompa air masih langka dan merupakan barang mewah) tidak perlu mengeluarkan tenaga ekstra. Tapi, bertahun-tahun kemudian setelah dewasa barulah saya sadari apa yang dikatakan nenek ternyata jadi kenyataan, meskipun air adalah sumber daya alam yang dengan mudah bisa diperbaharui, namun nyatanya kerap terjadi krisis air bila musim kemarau tiba, air seolah menjadi barang langka yang layak diperebutkan.
(Gambar : Tribunnews.com) |
Bagaimana tidak, seperti sudah menjadi tradisi, setiap memasuki musim kemarau banyak orang yang berlomba-lomba menambah kedalaman sumur di rumahnya. Bahkan, tidak tanggung-tanggung satu rumah bisa memiliki sumur dengan kedalaman 30-40 meter, dan hal ini kerap terjadi di kompleks-kompleks perumahan yang padat. Bayangkan jika satu rumah memiliki kedalaman sumur hingga lebih dari 40 meter, sedangkan jumlah rumah di satu kompleks perumahan bisa ratusan, berapa banyak sumur yang terus di gali masyarakat untuk mencukupi kebutuhan airnya. Belum lagi kebutuhan air untuk industri, kantor, mall, dan sebagainya yang kedalaman sumurnya bisa mencapai lebih dari 60 meter, yang mau tidak mau juga akan mempengaruhi turunnya jumlah persediaan air tanah.
Padahal, air merupakan kebutuhan manusia yang paling vital bagi kelangsungan hidupnya, tanpa air manusia tidak dapat melakukan berbagai aktivitas dan lebih dari 60% kandungan dalam tubuh manusia adalah air. Bisa dibayangkan betapa berharganya setetes air bagi kehidupan manusia, dan makhluk hidup pada umumnya. Jika manusia tidak dapat menjaga dan melestarikan sumber daya air yang ada disekitarnya, maka yang paling rugi justru manusia itu sendiri. Dan hal itulah yang kini terjadi, dimana terjadi musim kemarau yang cukup panjang, sehingga air nyaris menjadi suatu komoditas yang langka, bukan hanya di kota-kota besar seperti Kota Jakarta yang ketersediaan lahan terbuka untuk resapan air semakin sempit namun juga sudah merambah ke pedesaan atau daerah pinggiran kota besar lainnya.
Bahkan, menurut hasil penelitian tahun 2010, pengambilan air tanah di Kota Jakarta mencapai 22 juta meter kubik atau atau setara dengan antrian 4.400 mobil tangki air berkapasitas 5000 liter. Bisa dibayangkan jika tahun tahun tersebut sudah sedemikian besarnya, tahun selanjutnya akan terus bertambah seiring semakin bertambahnya jumlah penduduk dan perkembangan Kota Jakarta. Di satu sisi, alasan yang mungkin bisa dipahami, pengambilan air tanah bagi sebagian orang lebih murah, lebih aman untuk dikonsumsi, dan merupakan investasi seumur hidup. Tapi percayalah, itu dulu tidak sekarang, saat ini air tanah pun sudah tidak lagi aman untuk dikonsumsi, terutama di Kota Jakarta karena air laut sudah mencemari tanah Jakarta, sehingga sumur warga sebagian sudah disusupi air laut atau terjadi Intrusi air laut, yang memiliki efek buruk bagi kesehatan.
(Gambar : Geomagz.com) |
Kenyataan ini seharusnya membuat kita semakin sadar untuk melakukan tindakan penyelamatan sumber daya air sesegera mungkin agar Kota Jakarta yang diprediksi akan tenggelam dalam 40 tahun ke depan tidak akan pernah terjadi. Ada beberapa aksi untuk melakukan penyelamatan sumber daya air atau Konservasi air, seperti hemat penggunaan air, menanam pohon, menyediakan lahan terbuka hijau untuk resapan air, membuat resapan air di sekitar lingkungan tempat tinggal kita, tidak membuang sampah sembarang terutama sampah yang sulit terurai, dan terakhir adalah dengan menggunakan air bersih perpipaan.
Gambar : Pribadi |
Sejaka zaman dahulu, nenek moyang Bangsa Indonesia telah berupaya untuk menjaga kelestarian sumber daya air, bahkan di beberapa daerah terdapat tradisi menjaga air dengan melakukan ritual khusus. Kearifan lokal budaya Indonesia yang berkaitan dengan air ini seharusnya merupakan budaya yang patut kita jaga dan lestarikan. Namun celakanya, perkembangan teknologi dan modernisasi telah menjauhkan Bangsa Indonesia dari perilaku luhur tersebut.
Kebutuhan air yang tahun demi tahun semakin meningkat membuat sebagian besar masyarakat melakukan tindakan tanpa berpikir panjang dahulu apa akibatnya untuk jangka panjang. Kita lupa, sumber air yang kita warisi adalah hasil jerih payah nenek moyang Bangsa Indonesia di masa lalu, namun kini kondisinya sangat memprihatinkan. Bahkan kita sendiri tidak tahu apakah sumber air ini bisa kita wariskan pada anak cucu kita kelak. Untuk itu, mari kita bergerak bersama untuk mulai melakukan konservasi air yang di mulai dari diri sendiri dan keluarga.
Berdasarkan sumber Wikipedia, Konservasi air merupakan satu bentuk perilaku yang disengaja dengan tujuan mengurangi penggunaan air segar, melalui teknologi atau perilaku sosial. Konservasi air bertujuan untuk :
- Menjaga keseimbangan. Konservasi air merupakan langkah nyata untuk menjamin ketersediaan air di masa yang akan datang, selain itu untuk menjaga air agar tetap segar sesuai dengan proses alamiahnya.
- Menjamin kelangsungan hidup tumbuhan dan hewan. Bagaimanapun manusia merupakan makhluk hidup yang membutuhkan makhluk hidup lainnya seperti tumbuhan dan hewan, sehingga saling ketergantungan ini hendaknya membuat manusia sadar bahwa air bukan hanya dibutuhkan olehnya, namun juga makhluk hidup lainnya.
- Penghematan Energi. Ada berapa banyak energi yang dibutuhkan makhluk hidup dimuka bumi ini, karena itu jagalah sumber daya air agar sumber energi kita pun terpelihara dan tercukupi.
(Gambar : Pribadi) |
- Sumber air lebih mudah di dapat dan stabil. Selama menjadi pelanggan Aetra hampir tidak ada kendala yang berarti karena tanpa instalasi yang rumit air sudah mengalir di seluruh bagian rumah, dan nyaris tanpa jeda selama 24 jam sehari. kalaupun ada kendala teknis biasanya tidak memakan waktu lebih dari 3 hari. Bahkan pelayanannya telah teruji di musim kemarau ini air nyaris tidak pernah berhenti mengalir.
- Lebih murah. Coba bayangkan jika harus mencari sumber air menggunakan sumur, untuk mencari air hingga kedalaman yang belum bisa ditentukan bisa menghabiskan biaya jutaan, dan itu belum termasuk harga mesin untuk memompa air tersebut ke atas. Dan yang lebih menyedihkan air yang didapat belum tentu bersih dan jernih mengingat sebagian besar daerah di Kota Jakarta termasuk kota sekitarnya tanahnya telah tercemar.
Jika Aetra Tangerang menggunakan sumber air baku yang berasal dari Sungai Cisadane, maka Aetra Jakarta menggunakan sumber air baku yang berasal dari Waduk Jatiluhur yang dialirkan ke Jakarta melalui Saluran Terbuka Kanal Tarum Barat (Kali Malang). Untuk tiba dengan selamat di rumah, air megalami proses produksi yang terdiri dari beberapa tahap :
- Air baku dari Bendungan Jatiluhur dialirkan melalui sungai dan pintu-pintu air menuju Instalasi Pengolahan Air (IPA).
- Setelah tiba di IPA, air baku tersebut masuk kedalam saringan kasar dan halus sebagai proses awal pembersihan sampah yang terbawa hingga ke instalasi tersebut.
- Air melalui proses flokulasi dan sedimentasi, di mana kotoran air yang tersisa membentuk flok dan mengendap menjadi lumpur di kolam sedimentasi.
- Air kemudian dialirkan menuju bak penampuangan air bersih (resevoir), di saring kembali dan diberikan klorin untuk membunuh kuman-kuman.
- Air bersih siap dialirkan ke rumah-rumah dan digunakan untuk berbagai kebutuhan rumah tangga, industri, dan sebagainya.
Salah satu instalasi Pengolahan Air Aetra (Gambar : Aetra.co.id) |
Mari kita jaga dan sayangi sumber air kita demi masa depan Kota Jakarta yang lebih baik!
Referensi tulisan :
http://geomagz.com/artikel-geologi-populer/artikel-geologi-populer/398-ancaman-dari-bawah-jakarta
https://id.wikipedia.org/wiki/Konservasi_air
http://megapolitan.kompas.com/read/2010/09/28/11105282/Intrusi.Makin.Mengancam
11 komentar untuk "Aksi Konservasi Air Dengan Air Bersih Perpipaan"
Good Luck ya mbak