SINGKIRKAN PENGHALANG, TB BISA DISEMBUHKAN DENGAN 3T
Angka penderita Tuberkulosis di Indonesia terus bertambah dari tahun ke tahun? Yah...TB memang merupakan penyakit yang sangat menular dan jenis penularannya sangat cepat. Coba sesekali kita menengok sekeliling kita, di antara kerumunan orang di satu pusat keramaian atau bahkan di jalan-jalan umum di mana kita hanya sekedar berpapasan, bukan tidak mungkin di antara mereka adalah penderita TB bahkan dengan tingkat yang sangat menularkan. Ketidakmampuan kita untuk mendeteksi dengan cepat keberadaan pasien TB aktif maupun pasif membuat semua orang rentan ditularkan penyakit ini. Lalu, apa kita harus diam saja dan hanya menunggu kemungkinan terpapar penyakit ini di satu tempat dan satu waktu. Yah...jangan dong! Karena itu aktiflah berkampanye dan menyebarkan informasi semua hal tentang TB, termasuk gejala awal, bagaimana mendapat pertolongan, pengobatan TB gratis dari pemerintah, dan yang paling penting dukung jika ada orang disekeliling kita yang terkena penyakit ini tapi berusaha untuk sembuh.
Gambar dari sini |
Dukungan dan kesadaran untuk sembuh...ada satu cerita menarik yang saya baca di salah satu artikel surat kabar mengenai perjuangan seorang penderita TB untuk sembuh.
Sebut saja Bapak AB, seorang karyawan swasta yang terdiagnosa menderita MDR-TB asal Surabaya. Dengan kondisi penyakitnya dan keharusannya untuk bekerja mencari nafkah membutuhkan ketahanan mental yang tentu saja luar biasa, termasuk ketika beliau mengakui menderita penyakit TB kepada pimpinan dan teman sekerjanya. Sebuah langkah awal untuk sembuh telah beliau jalani yaitu mengakui bahwa dirinya pasien TB. Dalam kurun waktu 6 bulan masa pengobatan, Bapak AB harus menggunakan masker bahkan saat bekerja, belum lagi selama pengobatan harus minum obat dalam jumlah yang banyak dan menimbulkan efek samping kepala pusing, mata berkunang-kunang, susah tidur, hingga asam uratnya kambuh, membuatnya nyaris putus asa dan stress. Beruntung berkat dukungan lingkungan kerja dan keluarga, Bapak AB bisa sembuh tuntas setelah menjalani pengobatan selama 19 bulan.(Tribunnews; selasa, 12 maret 2013).
Ternyata untuk sembuh, pasien TB tidak hanya membutuhkan pengobatan rutin namun juga dukungan dari orang-orang disekelilingnya, baik di rumah maupun di tempat dimana ia melakukan aktivitas. Bagaimanapun pasien TB mungkin saja ayah, ibu, saudara, adik, kakak, atau bahkan anak kita sendiri yang mau tidak mau harus kita obati dan kita dukung untuk sembuh.
Jangka waktu pengobatan yang lama membuat pasien TB terkadang putus asa dan tidak mau melanjutnya pengobatan dengan berbagai alasan, padahal penderita TB yang tidak melakukan pengobatan dengan tuntas justru lebih berbahaya baik untuk dirinya sendiri maupun orang-orang disekelilingnya, atau lebih dikenal MDR-TB.
Pada kasus ini, keberhasilan pengobatan bergantung seberapa banyak obat yang resisten, beratnya penyakit, kepatuhan berobat, dan daya tahan tubuh. Kepatuhan merupakan hal penting dan perlu digarisbawahi, karena walaupun pengobatan sudah di jamin pemerintah alias gratis tetapi jangka waktu pengobatan yang lama disamping efek samping yang mengiringi selama melakukan pengobatan merupakan tantangan yang luarbiasa berat. Inilah saatnya keluarga dan masyarakat berperan ikut serta sebagai salah satu faktor penentu kesembuhan seorang pasien TB.
4 KETIDAKTAHUAN, FAKTOR PENGHALANG UNTUK SEMBUH DARI DIRI PASIEN TB
Menyedihkan...jika tingkat pengetahuan masyarakat akan penyakit Tuberkulosis sama rendahnya dengan penderita, tidak ada keluarga atau warga di lingkungannya yang bisa mengingatkan, menyarankan, bahkan mengantarkan penderita mencari pertolongan pengobatan. Padahal yang seharusnya berperan aktif ketika ada pasien terdiagnosa gejala awal TB untuk segera memeriksakan diri adalah keluarga terdekat atau tetangga.
Namun yang paling menyedihkan apabila masyarakat masih beranggapan bahwa batuk darah adalah guna-guna atau kutukan sehingga bukannya mendapat pertolongan untuk segera mendapatkan pengobatan penderita justru dikucilkan hingga akhirnya pasien malu dan malah menyembunyikan penyakitnya. Bayangkan bila kondisi seperti ini terjadi, bahaya yang lebih besar berupa penularan akan terjadi layaknya sebuah bahaya laten yang tidak terlihat namun menyerbu dari segala arah.
TB BISA DISEMBUHKAN DENGAN TUNTAS
Untuk sembuh tuntas, pasien TB harus melewati tahap demi tahap yang butuh perjuangan dan keyakinan. Cerita di atas memberikan pelajaran bahwa untuk memberantas TB memerlukan kerjasama dari semua pihak; pasien, keluarga, masyarakat, dan sistem kesehatan yang baik. Ada banyak ribuan cerita tentang keberhasilan pasien TB sembuh dari penyakitnya, termasuk pasien TB-MDR. Di unit pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit tertentu telah tersedia fasilitas pengobatan TB dari beragam kategori secara lengkap hingga tuntas.
Gimana? Sudah tahu kan bahwa TB bisa disembuhkan dengan 3 kriteria tuntas, bahkan untuk menjamin pengobatan dilakukan dengan baik, pemerintah membuat program pengobatan dengan bantuan Pengawas Menelan Obat (PMO) yang berasal dari keluarga, kader kesehatan, dan petugas kesehatan.
Jangka waktu pengobatan yang lama membuat pasien TB terkadang putus asa dan tidak mau melanjutnya pengobatan dengan berbagai alasan, padahal penderita TB yang tidak melakukan pengobatan dengan tuntas justru lebih berbahaya baik untuk dirinya sendiri maupun orang-orang disekelilingnya, atau lebih dikenal MDR-TB.
Pada kasus ini, keberhasilan pengobatan bergantung seberapa banyak obat yang resisten, beratnya penyakit, kepatuhan berobat, dan daya tahan tubuh. Kepatuhan merupakan hal penting dan perlu digarisbawahi, karena walaupun pengobatan sudah di jamin pemerintah alias gratis tetapi jangka waktu pengobatan yang lama disamping efek samping yang mengiringi selama melakukan pengobatan merupakan tantangan yang luarbiasa berat. Inilah saatnya keluarga dan masyarakat berperan ikut serta sebagai salah satu faktor penentu kesembuhan seorang pasien TB.
Gambar dari sini |
- Ketidaktahuan pertama, seseorang yang menderita batuk lebih dari 2 minggu umumnya belum tentu segera memeriksakan diri ke unit pelayanan kesehatan terdekat. Padahal mungkin saja hal itu merupakan gejala awal seseorang menderita TB alias Bukan Batuk Biasa (3B). Jadi jangan anggap remeh batuk yang berkepanjangan, karena bukan hanya berbahaya untuk diri sendiri tetapi juga orang-orang disekitar kita. Ketidaktahuan tentang gejala dan pengobatan TB yang berkualitas sangat berbahaya.
- Ketidaktahuan kedua, setelah timbul kesadaran untuk mencari pertolongan pengobatan ke unit pelayanan kesehatan muncul pertimbangan faktor biaya. Biaya menuju tempat pelayanan, biaya pelayanan itu sendiri, dan waktu ekonomis yang terbuang karena perjalanan serta pengobatan tersebut. Bisa saja pasien justru mendatangi tempat yang salah, karena itu pasien TB harus tahu bahwa tidak semua unit pelayanan kesehatan memberikan pengobatan dengan strategi DOTS, justru puskesmas yang tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia umumnya telah tersedia fasilitas ini secara gratis dan hanya membayar biaya administrasi yang sangat murah.
- Ketidaktahuan ketiga, meskipun pada akhirnya pasien TB berhasil mendatangi fasilitas kesehatan yang tepat dalam arti memberikan pelayanan DOTS karena rendahnya pengetahuan bahwa untuk pengobatan TB diagnosanya harus pasti dan dibuktikan melalui pemeriksaan dahak yang dilakukan 3 kali, maka bisa terjadi pasien tidak menyelesaikan proses diagnosanya, bahkan tidak kembali pada saat hasil pemeriksaan menunjukkan positif TB. Semua orang selalu berharap sekali datang, mendapat obat, dan langsung sembuh.
- Ketidaktahuan keempat, seandainya pasien patuh pada proses diagnosa secara otomatis ia akan mendapatkan pengobatan. Di titik ini, tantangan berhasil atau tidaknya pasien sembuh ditentukan. Dalam kurun waktu pengobatan yang panjang, pasien terkadang tergoda untuk menghentikan proses pengobatan dengan alasan sudah baikan, bosan, atau tergoda dengan bentuk pemgobatan lain yang disinyalir lebih cepat (padahal belum tentu terbukti). Ia tidak tahu bahwa Obat Anti TB (OAT) menjanjikan kesembuhan namun perlu waktu. Satu-satunya harapan untuk sembuh tuntas adalah OAT yang diberikan dalam jangka waktu 6 bulan bukan 6 hari. Menghentikan pengobatan sebelum masa pengobatan berakhir bukan hanya memperburuk kondisinya, tetapi juga orang-orang disekelilingnya.
Menyedihkan...jika tingkat pengetahuan masyarakat akan penyakit Tuberkulosis sama rendahnya dengan penderita, tidak ada keluarga atau warga di lingkungannya yang bisa mengingatkan, menyarankan, bahkan mengantarkan penderita mencari pertolongan pengobatan. Padahal yang seharusnya berperan aktif ketika ada pasien terdiagnosa gejala awal TB untuk segera memeriksakan diri adalah keluarga terdekat atau tetangga.
Namun yang paling menyedihkan apabila masyarakat masih beranggapan bahwa batuk darah adalah guna-guna atau kutukan sehingga bukannya mendapat pertolongan untuk segera mendapatkan pengobatan penderita justru dikucilkan hingga akhirnya pasien malu dan malah menyembunyikan penyakitnya. Bayangkan bila kondisi seperti ini terjadi, bahaya yang lebih besar berupa penularan akan terjadi layaknya sebuah bahaya laten yang tidak terlihat namun menyerbu dari segala arah.
TB BISA DISEMBUHKAN DENGAN TUNTAS
Untuk sembuh tuntas, pasien TB harus melewati tahap demi tahap yang butuh perjuangan dan keyakinan. Cerita di atas memberikan pelajaran bahwa untuk memberantas TB memerlukan kerjasama dari semua pihak; pasien, keluarga, masyarakat, dan sistem kesehatan yang baik. Ada banyak ribuan cerita tentang keberhasilan pasien TB sembuh dari penyakitnya, termasuk pasien TB-MDR. Di unit pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit tertentu telah tersedia fasilitas pengobatan TB dari beragam kategori secara lengkap hingga tuntas.
TB bisa disembuhkan dengan 3T, yaitu:
- Tuntas memeriksakan diri. Seorang yang menunjukan gejala awal TB seperti yang telah dibahas dalam artikel sebelumnya harus segera mencari pertolongan untuk melakukan pengobatan. Datangilah fasilitas pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan dengan strategi DOTS untuk mendapatkan diagnosa pemeriksaan dahak.
- Tuntas minum obat. Memulai pengobatan, melanjutkan pengobatan, dan follow up pengobatan. Pasien TB tidak perlu kuatir karena obat TB gratis, namun diperlukan kedisiplinan dalam minum obat. Rentang waktu pengobatan yang cukup lama dan membosankan, belum lagi efek samping yang timbul akibat pengobatan tersebut membuat sebagian pasien tidak tuntas menyelesaikan pengobatannya.
- Tuntas sembuhnya. Jika pasien telah melalui tahap demi tahap dalam upaya untuk sembuh dari TB secara disiplin dan sesuai aturan, percayalah penyakit TB yang diidapnya bisa disembuhkan.
Gambar dari sini |
Tapi yang tidak kalah penting adalah disamping menjalankan pengobatan dengan 3 tuntas di atas, pengobatan ini juga diperlukan nutrisi yang baik, makan dengan gizi yang cukup, cukup protein, susu dan buah serta sayuran untuk mempermudah penyembuhan.
Satu lagi, sejak sekarang mulailah berperilaku hidup sehat dan berhenti merokok, karena merokok akan memperburuk kondisi dan mempersulit penyembuhan.
Mengajak serta masyarakat berperan aktif dalam program pemberantasan TB melalui PPTI (Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia) dengan kegiatan antara lain :
- Meningkatkan penyuluhan tentang penanggulangan dan pemberantasan TB kepada masyarakat.
- Meningkatkan pendidikan dan pelatihan kepada calon kader perkumpulan antara lain sebagai penyuluh, pelatih Pengawas Menelan Obat, atau sebagai PMO itu sendiri.
Satu cara lain untuk mendidik masyarakat agar melek TB adalah dengan menempelkan beragam poster tentang penyakit TB di ruang-ruang publik termasuk kendaraan umum, perkantoran, bank, bahkan sekolah agar semua masyarakat tahu seluk beluk penyakit TB termasuk kenyataan bahwa TB bisa disembuhkan.
Memasang spanduk atau banner di tempat yang mencolok juga merupakan satu kegiatan yang mendukung edukasi bagi masyarakat tentang TB. Media lain yang juga berperan penting adalah televisi, memperbanyak tayangan-tayangan di televisi tentang TB juga merupakan salah satu upaya untuk memberikan informasi dengan daya jangkau yang lebih luas. Apalagi masyarakat Indonesia sebagian besar adalah penonton setia acara televisi. Acara seperti talkshow, sinetron, atau bahkan slot berupa iklan yang membawa misi khusus penanggulangan TB juga bisa memberikan gambaran dan menyakinkan masyarakat bahwa TB dekat dengan keseharian mereka dan fakta bahwa TB bisa disembuhkan tuntas melalui beragam cerita nyata atau rekaan belaka.
Dengan gencar mengedukasi masyarakat berupa informasi, penyuluhan kesehatan, sosialisasi, dan mobilisasi sosial yang akan meluruskan segala macam bentuk kepercayaan, mitos, stigma sosial, dan anggapan yang keliru tentang penyakit TB. Dengan dukungan dari semua pihak penderita TB akan yakin dengan usahanya menjalani pengobatan secara tuntas dan benar dari penyakit TB yang mengerogoti tubuhnya, tanpa penghalang baik dari dirinya sendiri maupun dari masyarakat disekitarnya.
Tulisan ini diikutsertakan dalam "Blog Competition, Temukan dan sembuhkan pasien TB" yang diselenggarakan www.tbindonesia.or.id.
Sumber referensi tulisan :
6 komentar untuk "SINGKIRKAN PENGHALANG, TB BISA DISEMBUHKAN DENGAN 3T"