MUSEUM TSUNAMI DI BANDA ACEH, WAHANA EDUKASI MITIGASI BENCANA
Courtesy : Adip Iliyas From Youtube
Pasca gempa besar di Aceh tahun 2004 silam, Kota Banda Aceh terus berbenah memperbaiki wajah kotanya menjadi seindah dahulu sebelum di landa tsunami besar. Salah satu sektor yang terus dibenahi adalah pariwisata. Kota Banda Aceh sejak zaman dahulu hingga sekarang sesungguhnya menyimpan potensi wisata sejarah yang sangat besar, bagaimana tidak? Dahulu Banda Aceh merupakan ibukota kerajaan Aceh Darussalam yang disebut-sebut sebagai salah satu kota tua islam di dunia. Karena itu tidak mengherankan jika hingga kini masyarakat Aceh masih lekat dengan ajaran-ajaran islami dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan Kota Banda Aceh merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memberlakukan hukum islam sebagai payung hukum masyarakatnya.
Hingga kini Kota Banda Aceh terus membenahi sektor pariwisatanya yang sempat porak-poranda akibat terjangan bandai tsunami. Meskipun bencana tsunami hampir meluluh-lantakkan semua sudut kota, namun sisa-sisa terjangan tsunami itu kemudian menjelma menjadi destinasi wisata baru yang secara tidak langsung ikut mengairahkan dinamika pariwisata Kota Banda Aceh. Bahkan destinasi wisata baru sisa-sisa tsunami tahun 2004 silam banyak menarik wisatawan mancanegara dan domestik untuk berkunjung dan melihat dengan mata kepala sendiri betapa dahsyatnya bencana tsunami yang melanda Banda Aceh dan sekitarnya.
Salah satu destinasi wisata tsunami di Kota Banda Aceh adalah Museum Tsunami Aceh. Museum yang terletak di jalan Sultan Iskandar Muda dekat Simpang Jam dan berseberangan dengan lapangan Blang Padang Kota Banda Aceh ini dibangun untuk mengenang kembali peristiwa dahsyat yang melanda Kota Banda Aceh dan sekitarnya tanggal 26 Desember 2004 silam yang menelan korban hingga ratusan ribu orang.
Bangunan museum ini di desain oleh seorang dosen arsitektur ITB Bandung, M. Ridwan Kamil. Secara garis besar desain museum yang berjudul Rumoh Aceh as Escape Hill ini mengambil ide dasar rumoh aceh, yaitu rumah tradisional masyarakat aceh berupa bangunan rumah panggung. Dalam pembangunannya, Museum Tsunami Aceh mengadopsi 6 konsep yang dilatar belakangi kehidupan adat dan budaya masyarakat aceh, yaitu :
Hingga kini Kota Banda Aceh terus membenahi sektor pariwisatanya yang sempat porak-poranda akibat terjangan bandai tsunami. Meskipun bencana tsunami hampir meluluh-lantakkan semua sudut kota, namun sisa-sisa terjangan tsunami itu kemudian menjelma menjadi destinasi wisata baru yang secara tidak langsung ikut mengairahkan dinamika pariwisata Kota Banda Aceh. Bahkan destinasi wisata baru sisa-sisa tsunami tahun 2004 silam banyak menarik wisatawan mancanegara dan domestik untuk berkunjung dan melihat dengan mata kepala sendiri betapa dahsyatnya bencana tsunami yang melanda Banda Aceh dan sekitarnya.
Salah satu destinasi wisata tsunami di Kota Banda Aceh adalah Museum Tsunami Aceh. Museum yang terletak di jalan Sultan Iskandar Muda dekat Simpang Jam dan berseberangan dengan lapangan Blang Padang Kota Banda Aceh ini dibangun untuk mengenang kembali peristiwa dahsyat yang melanda Kota Banda Aceh dan sekitarnya tanggal 26 Desember 2004 silam yang menelan korban hingga ratusan ribu orang.
Museum Tsunami Aceh (sumber gambar dari sini) |
Konsep Desain Museum Tsunami Aceh (sumber gambar) |
- Rumoh Aceh. Design yang mengambil ide dasar rumah panggung aceh sebagai contoh kearifan arsitektur masa lalu dalam merespon tantangan dan bencana alam yang di masa lalu kerap melanda aceh. Selain itu, konsep bangunan ini juga merefleksikan keyakinan terhadap agama dan adaptasi terhadap alam.
- Escape Building. Design bangunan museum ini juga menyiratkan bentuk-bentuk penyelamatan yang telah dilakukan sebagai antisipasi bahaya tsunami di masa yang akan datang.
- Sea Waves. Denah bangunan merupakan analogi dari episenter sebuah gelombang laut sebagai alarm pengingat akan bentuk dan bahaya tsunami.
- Saman Dance (Hablumminannas). Tarian khas aceh yang melambangkan kekompakan dan kerjasama masyarakat Aceh, juga mencerminkan kehidupan sosial yang kental akan gotong royong dan tolong menolong. Semua itu direfleksikan melalui kulit bangunan pada eksterior Museum Tsunami Aceh.
- The Light of God (Hablumminallah). Di dalam bangunan museum ini terdapat ruang berbentuk silinder yang menyorotkan cahaya ke atas sebagai simbol hubungan manusia dengan Tuhannya.
- Public Park. Museum Tsunami ini juga merupakan taman terbuka publik yang dapat diakses dan difungsikan setiap saat oleh masyarakat, sebagai respon terhadap konteks urban.
MENJELAJAHI MUSEUM TSUNAMI ACEH SEBAGAI EDUKASI MITIGASI BENCANA
Bencana telah menjadi hal yang biasa terjadi di Indonesia bahkan datang silih berganti seakan tiada akhir. Mulai dari gempa bumi, tanah longsor, kekeringan, hingga banjir yang selalu saja meninggalkan duka yang mendalam. Harta benda hilang dalam sekejab, juga kehilangan orang-orang tercinta yang semakin menambah kedukaan dan terasa sangat menyesakkan dada. Disinilah pentingnya mitigasi bencana. Manusia harus bersahabat dengan alam, dan sadar bahwa persediaan alam untuk menopang kehidupan manusia sangat terbatas. Bersahabat dengan alam akan membuat kita memahami tanda bahaya yang diberikan oleh alam sebagai sinyal pertama untuk bersiap menghadapi bencana.
Karena itu sedini mungkin mitigasi terhadap bencana alam seperti gempa mulai diajarkan. Dengan mengajarkan dan melatih masyarakat terutama anak-anak agar selalu waspada terhadap bencana alam, akan dapat menekan tingkat penderitaan dan jatuhnya korban jiwa. Karena upaya mitigasi bencana pada dasarnya adalah upaya manusia menyelamatkan diri dari bencana alam yang sewaktu-waktu mengancam jiwanya.
Dibangunnya Museum Tsunami Aceh selain untuk mengingatkan kita akan tragedi gempa besar dan tsunami yang melanda Kota Banda Aceh dan daerah sekitarnya, juga merupakan sarana edukasi mitigasi bencana bagi pengunjung. Museum Tsunami Aceh, selain menyimpan benda-benda peninggalan tsunami, menyajikan keindahan arsitektur bangunan museum, juga menyimpan banyak cerita yang pilu yang bisa dijadikan pelajaran mitigasi bencana dan antisipasi bencana di masa yang akan datang.
Secara keseluruhan, bangunan museum ini terdiri dari 4 tingkat dengan hiasan dekorasi bernuansa islam. Dari arah luar terlihat bangunan ini seperti kapal, dengan sebuah mercusuar berdiri tegak diatasnya. Adapun bagian-bagian museum ini terdiri dari :
Salah satu upaya mitigasi bencana tsunami yang bersumber pada budaya kearifan lokal masyarakat Simeulue yaitu Smong, di mana sikap penyelamatkan diri masyarakat saat akan terjadinya tsunami untuk mencari tempat-tempat tinggi serta kepekaan akan tanda-tanda awal terjadinya tsunami sesungguhnya di bangun berdasarkan pengalaman. Masyarakat Simeulue belajar dari pengalaman tsunami besar yang melanda daerah mereka pada tahun 1907 dengan jumlah korban berjatuhan sangat banyak. Selalu bercermin pada kearifan budaya lokal juga merupakan sebuah upaya mitigasi bencana yang selalu mengajarkan kita untuk waspada, terutama berkaitan dengan letak geografis Indonesia yang rentan terjadinya bencana alam.
Mengingatkan kita agar selalu waspada, demikian sinyal yang selalu dikirimkan Museum Tsunami Aceh dengan keberadaannya. Karena bukan hanya tempat untuk menyimpan koleksi peninggalan sisa-sisa bencana tsunami, Museum Tsunami Aceh juga sebagai media tempat berbagi pengalaman bencana dan pengetahuan kebencanaan sebagai sarana edukasi sekaligus rekreasi dan evakuasi ketika terjadi bencana serupa di masa mendatang. Berwisata ke Museum Tsunami Aceh, bukan hanya sekedar untuk mengenang peristiwa bencana besar tersebut melainkan sebuah wahana pembelajaran bagi semua pengunjung dan masyarakat tentang pentingnya mitigasi bencana dan menanamkan kepekaan untuk mendeteksi dini bencana tsunami di masa yang akan datang.
Sumber referensi tulisan dan foto :
http://museumtsunami.blogspot.com
Bencana telah menjadi hal yang biasa terjadi di Indonesia bahkan datang silih berganti seakan tiada akhir. Mulai dari gempa bumi, tanah longsor, kekeringan, hingga banjir yang selalu saja meninggalkan duka yang mendalam. Harta benda hilang dalam sekejab, juga kehilangan orang-orang tercinta yang semakin menambah kedukaan dan terasa sangat menyesakkan dada. Disinilah pentingnya mitigasi bencana. Manusia harus bersahabat dengan alam, dan sadar bahwa persediaan alam untuk menopang kehidupan manusia sangat terbatas. Bersahabat dengan alam akan membuat kita memahami tanda bahaya yang diberikan oleh alam sebagai sinyal pertama untuk bersiap menghadapi bencana.
Karena itu sedini mungkin mitigasi terhadap bencana alam seperti gempa mulai diajarkan. Dengan mengajarkan dan melatih masyarakat terutama anak-anak agar selalu waspada terhadap bencana alam, akan dapat menekan tingkat penderitaan dan jatuhnya korban jiwa. Karena upaya mitigasi bencana pada dasarnya adalah upaya manusia menyelamatkan diri dari bencana alam yang sewaktu-waktu mengancam jiwanya.
Dibangunnya Museum Tsunami Aceh selain untuk mengingatkan kita akan tragedi gempa besar dan tsunami yang melanda Kota Banda Aceh dan daerah sekitarnya, juga merupakan sarana edukasi mitigasi bencana bagi pengunjung. Museum Tsunami Aceh, selain menyimpan benda-benda peninggalan tsunami, menyajikan keindahan arsitektur bangunan museum, juga menyimpan banyak cerita yang pilu yang bisa dijadikan pelajaran mitigasi bencana dan antisipasi bencana di masa yang akan datang.
Secara keseluruhan, bangunan museum ini terdiri dari 4 tingkat dengan hiasan dekorasi bernuansa islam. Dari arah luar terlihat bangunan ini seperti kapal, dengan sebuah mercusuar berdiri tegak diatasnya. Adapun bagian-bagian museum ini terdiri dari :
Sumber gambar : http://museumtsunami.blogspot.com |
- Pada lantai dasar terdapat ruang terbuka yang bisa difungsikan sebagai ruang publik. Lantai ini dibuat meninggi yang bertujuan sebagai espace hill, sebuah taman berbentuk bukit yang dapat dijadikan sebagai salah satu lokasi antisipasi penyelamatan jika terjadi banjir dan bencana tsunami di masa mendatang. Dengan ukuran setiap lantai 25 x 20 meter dapat menampung ribuan warga dalam kondisi darurat.
- Ruang renungan. Dalam ruangan ini terdapat sebuah lorong sempit dan remang serta diperdengarkan suara air yang mengalir disertai suara azan. Suasana ini akan membuat pengunjung merasakan secara langsung suasana mencekam yang terjadi pada bencana itu.
- Ruang berkaca memorial hill yang dilengkapi monitor yang digunakan untuk mengakses informasi mengenai peristiwa tsunami yang melanda Aceh pada 26 Desember 2004 silam.
- Ruang The Light of God, yaitu sebuah ruang berbentuk sumur silinder yang menyorotkan cahaya remang kekuningan. Pada puncak ruangan terlihat kaligrafi arab berbentuk tulisan Allah dalam sebuah lingkaran. Pada dinding-dinding ruangan dipenuhi tulisan nama-nama korban tsunami yang tewas dalam peristiwa besar tersebut.
- Ruangan multimedia seperti ruang audio dan ruang 4 dimensi, ruang pamer tsunami (tsunami exhibition room), ruang pre-tsunami, while tsunami, dan post tsunami. Kesemua ruangan ini terdapat di lantai 2.
- Ruang geologi, perpustakaan, musalla, dan penjualan souvenir terdapat dilantai 3. Ruang geologi merupakan ruang edukasi di mana pengunjung akan memperoleh informasi mengenai kebencanaan, bagaimana gempa dan tsunami terjadi, melalui beberapa display dan alat simulasi.
- Di tingkat tertinggi atau terakhir Museum Tsunami Aceh difungsikan sebagai escape building atau penyelamatan diri ketika tsunami terjadi lagi di masa yang akan datang. Tingkat atap ini tidak di buka untuk umum mengingat konsep keselamatan dan keamanan. Dan dari tingkat atap ini, hampir keseluruhan Kota Banda Aceh dapat terlihat.
Escape Building Hill (sumber gambar)
Salah satu upaya mitigasi bencana tsunami yang bersumber pada budaya kearifan lokal masyarakat Simeulue yaitu Smong, di mana sikap penyelamatkan diri masyarakat saat akan terjadinya tsunami untuk mencari tempat-tempat tinggi serta kepekaan akan tanda-tanda awal terjadinya tsunami sesungguhnya di bangun berdasarkan pengalaman. Masyarakat Simeulue belajar dari pengalaman tsunami besar yang melanda daerah mereka pada tahun 1907 dengan jumlah korban berjatuhan sangat banyak. Selalu bercermin pada kearifan budaya lokal juga merupakan sebuah upaya mitigasi bencana yang selalu mengajarkan kita untuk waspada, terutama berkaitan dengan letak geografis Indonesia yang rentan terjadinya bencana alam.
Sumber gambar |
Sumber referensi tulisan dan foto :
http://museumtsunami.blogspot.com
14 komentar untuk "MUSEUM TSUNAMI DI BANDA ACEH, WAHANA EDUKASI MITIGASI BENCANA"
Please coment at http://travellingsejati2014.blogspot.com/2014/04/indahnya-hidup-dalam-kebersamaan-di.html
mampir juga kemari http://mhdharis.wordpress.com/2014/04/27/banda-aceh-punya-situs-objek-wisata-tsunami-yang-wajib-dikunjungi/
Destinasi Lengkap Aceh cuma Ada di : http://acehplanet.com/
Salam
Selamat Siang, setelah kami memperhatikan kualitas tulisan di Blog ini.
Kami akan senang sekali, jika Blog ini berkenan mengikuti Lomba review
Websitedari babastudio.
Untuk Lebih jelas dan detail mohon kunjungi http://www.babastudio.com/review2014
Salam
Baba Studio
tempat wisata indonesia